PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau Telkom mencatatkan laba bersih di 2022 turun 16,2% menjadi Rp 20,75 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 24,7 triliun. Di mana laba bersih per saham dasar turun ke level Rp 209,49 dari tahun 2021 yang berada di level Rp 249,94 per lembarnya.
Namun jika mengeluarkan faktor investasi Telkomsel pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan depresiasi, laba operasional emiten telekomunikasi pelat merah itu tumbuh 7,7% menjadi Rp 25,85 triliun dari sebelumnya Rp 24 triliun.
“Operating net income yang didapat dari mengeluarkan faktor GoTo dan depresiasi tumbuh 7,7% secara tahunan. Karena penurunan net income disebabkan adanya unrealised loss dari GoTo dan adanya depresiasi yang sebenarnya secara akuntansi hanya pencatatan dan tidak ada aliran cash yang keluar karena investasi di GoTo adanya di anak usaha Telkomsel,” kata Sekretaris Perusahaan Telkom Edwin Julianus Sebayang kepada Katadata, Sabtu (25/3).
Telkom mencatat kerugian yang belum direalisasikan (unrealized loss) atas perubahan nilai wajar investasi sebesar Rp 6,4 triliun, terutama pada GoTo. Per 31 Desember 2022, harga pasar GOTO sebesar Rp 91 per saham, turun dari Rp 375 per saham pada 31 Desember 2021.
Adapun beban depresiasi dan amortisasi naik 4,5% menjadi Rp 33,3 triliun sejalan dengan investasi untuk meningkatkan infrastruktur digital, baik di bisnis mobile maupun fixed line. Pada tahun 2022, taksiran masa manfaat menara grup diubah dari 30 menjadi 40 tahun.
Sementara itu, EBITDA Telkom pada 2022 tumbuh 4,3% menjadi Rp 78,99 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 75,72 triliun. Margin EBITDA naik 0,7 ppt menjadi 53,6% dari 52,9%.
Adapun pada tahun lalu, emiten berkode saham TLKM ini mencetak pendapatan data, internet, dan IT service sebesar Rp 82,1 triliun, meningkat 6% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp 77,47 triliun.
Selanjutnya, pendapatan dari IndiHome mencapai Rp 28,02 triliun, naik 6,4% dari Rp 26,32 triliun. IndiHome terus menjadi mesin pertumbuhan perseroan yang didukung oleh total pelanggan 9,2 juta dan pendapatan rata-rata per pelanggan (average revenue per user/ARPU) yang relatif stabil selama periode tersebut.
Lalu Pendapatan dari SMS, fixed and cellular voice turun 15,7% menjadi Rp 17,89 triliun dari Rp 21,22 triliun. Sedangkan pendapatan interkoneksi meningkat 8,8% menjadi Rp 8,47 triliun dari Rp 7,78 triliun. Jaringan dan layanan telekomunikasi lainnya naik 3,9% menjadi Rp 10,81 triliun dari Rp 10,4 triliun.
“Bisnis Digital Telkomsel terus tumbuh sehat dengan pertumbuhan lalu lintas data sebesar 18,7% secara tahunan dan kontribusinya mencapai 81,9% dari total pendapatan Telkomsel dibandingkan kontribusi tahun lalu sebesar 78%,” tulis manajemen.
Sementara itu, total kewajiban berkurang 4,5% menjadi Rp 125,93 triliun. Sedangkan jumlah ekuitas meningkat 2,5% menjadi Rp 149,26 triliun. Total aset pada akhir Desember 2022 adalah Rp 275,2 triliun, turun 0,7%. Penurunan itu disebabkan oleh kas dan setara kas yang lebih rendah karena pelunasan pinjaman, serta penurunan nilai pasar saat ini dari investasi jangka panjang.
Lebih lanjut emiten yang 52,1% sahamnya dikuasai oleh pemerintah dan sisanya oleh publik menghabiskan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 34,2 triliun sepanjang 2022. Capex tersebut sekitar 23,2% dari total pendapatan perseroan.
“Kami gunakan capex untuk memperkuat jaringan dan infrastruktur pendukung lainnya guna meningkatkan kapasitas,” tulis manajemen.
Di bisnis fixed line, perseroan menggunakan capex untuk akses berbasis fiber dan pembangunan infrastruktur backbone bawah laut, serta proyek lainnya seperti menara telekomunikasi dan data center. Dana capex juga terserap untuk peningkatan lebih lanjut kualitas jaringan 4G dan kapasitas, serta dimulainya 5G dan peningkatan sistem IT di bisnis mobile.