Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani, mengatakan BRI akan semakin memperkuat kapabilitas retail banking pada tahun 2023. Salah satu strateginya dengan terus melakukan perbaikan business process engineering berupa implementasi Consumer Loan Factory (CLF).
Di sisi lain, BRI juga terus mendorong digitalisasi proses bisnis, misalnya bertransaksi melalui aplikasi BRISPOT dan BRImo.
"Untuk semakin mengoptimalkan kinerja, kami akan memberikan pelayanan kepada nasabah melalui berbagai kanal. Kemudian kami terus membuka kerja sama API connection dengan berbagai pihak," kata Handayani, dalam keterangan tertulis, Rabu (24/5).
Dengan strategi tersebut, kata Handayani, pertumbuhan penyaluran kredit dapat terpacu sesuai target dan nasabah lebih nyaman dalam bertransaksi.
Adapun, prospek kredit konsumer tahun ini terbilang baik karena inflasi yang cenderung menurun. Nilai tukar mata uang Rupiah terus mengalami apresiasi dan stabil di bawah Rp 15 ribu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada April 2023 inflasi di Indonesia sebesar 4,33 persen secara tahunan. Angka tersebut melanjutkan tren penurunan sejak tahun lalu, setelah menyentuh 5,95 persen pada September 2022.
Dampak dari rupiah yang berlanjut menunjukkan tren apresiasi, mendorong Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter baik menahan atau bahkan menurunkan suku bunga acuan pada semester II/2023.
Dengan begitu, pertumbuhan kredit konsumer dapat semakin ditingkatkan.
Selain itu, roda perekonomian dalam negeri yang semakin pulih pasca pandemi Covid-19 ini juga mendorong tren positif dalam aktivitas bisnis keuangan masyarakat.
Tren pertumbuhan ekonomi ini memiliki andil terhadap pertumbuhan kredit konsumer yang signifikan terjadi pada kuartal I/2023. BRI mencatat pertumbuhan kredit konsumer hingga kuartal I/2023 tumbuh positif dari segmen konsumer.
Dalam keterangan resmi BRI, kredit konsumer BRI tumbuh 13,7 persen secara year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 173,8 triliun per kuartal I tahun 2023.
Dengan demikian, komposisi kredit konsumer pun terkerek naik 50 bps secara tahunan, dari 14,2 persen menjadi 14,7 persen.
Geliat positif kredit konsumer diikuti pula dengan kualitas kredit yang terkendali. Per Maret 2023, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) pembiayaan ini cukup rendah atau sebesar 2,01 persen.
Data tersebut menunjukkan buah sukses dari apa yang dilakukan perbankan termasuk Bank BRI dalam mengoptimalkan layanan dan memperkuat kapasitas retail banking.
Ekonom Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Wisnubroto, menilai, bank seperti BRI memiliki kesempatan lebih besar untuk memacu retail banking tumbuh lebih kuat lagi pada semester kedua tahun ini.
“Ke depan (semester II) kami cukup optimis, bahwa seiring inflasi yang terus menurun, daya beli masyarakat juga akan meningkat,” katanya belum lama ini.