Investor kawakan Lo Kheng Hong panen dividen di pertengahan tahun ini. Tak tanggung-tanggung, ia meraup dividen sekitar Rp 20,4 miliar dari PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN).
Namun justru Lo Kheng Hong merasa bersedih. Sebab sebelum rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Kamis (22/6) ia tercatat menjual sebanyak 573.000 saham CFIN. Dengan demikian ia kehilangan potensi sebesar Rp 573 juta dari dividen tersebut.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 16 Juni 2023, kepemilikan Lo Kheng Hong tinggal 203,37 juta saham atau setara 5,1%. Jumlah itu berkurang sebanyak 573.000 saham dari hari sebelumnya. Di mana per 15 Juni, Lo Kheng Hong masih memiliki 203,94 juta saham atau 5,12%.
Sementara itu ketika ditanya Katadata.co.id, Kamis (22/6) melalui pesan singkat, bagaimana tanggapannya atas keputusan CFIN membagikan dividen jumbo padahal ia baru menjual sahamnya, ia hanya menjawabnya dengan emoticon. “Bersedih,” demikian emoticon yang dimaksud.
Emiten pembiayaan milik Grup Panin yang menjadi salah satu portofolio saham Lo Kheng Hong ini tercatat membagikan dividen tunai tahun buku 2022 sebesar Rp 398,4 miliar atau Rp 100 per saham. Jumlah ini tak tanggung-tanggung bahkan setara 128% dari laba bersih.
Jumlah dividen ini merupakan yang terbesar yang pernah diberikan perusahaan ke para pemegang saham. Padahal tahun lalu perseroan memutuskan untuk tidak membagikan dividen dari laba bersih tahun buku 2021. Sebelumnya, pembagian dividen tercatat sudah tiga kali selama 10 tahun terakhir.
Sebagai informasi, tahun lalu Clipan Finance membukukan laba bersih sebesar Rp 310,7 miliar atau melonjak 573% dibanding tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp 46,3 miliar. Hasil itu mendongkrak laba per saham ke level Rp 77,9 per lembar, sedangkan di akhir tahun 2021 berada di level Rp 11,6.
Padahal pendapatan hanya tumbuh 2,4% menjadi Rp 1,5 triliun, Rinciannya, pendapatan pembiayaan konsumen tercatat sebesar Rp 1 triliun atau terkerek 1,4% dibanding tahun 2021 yang tercatat Rp 1 triliun. Senada pendapatan lainnya meningkat 21,5% menjadi Rp 1,5 triliun. Menariknya, beban bunga dan beban pembiayaan turun 47,3% menjadi Rp 166,2 miliar.