Volatilitas harga saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) menarik perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebab saham emiten portofolio Lo Kheng Hong itu naik cukup tinggi pada awal Juli 2023 hingga menembus auto reject atas atau ARA, namun turun cukup dalam tak lama kemudian.

Dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Kamis (20/7) BEI bertanya ke perseroan tentang adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Namun Direktur Keuangan Gajah Tunggal Kisyuwono menjawab BEI dengan pernyataan tidak mengetahui.

BEI lalu menanyakan, apakah ada informasi, fakta atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi harga efek perseroan serta kelangsungan hidup perseroan yang belum diungkapkan kepada publik. “Tidak ada,” ujarnya.

Kiswoyono juga menyatakan, Gajah Tunggal tidak memiliki rencana untuk melakukan tindak korporasi dalam waktu dekat, termasuk rencana korporasi yang akan berakibat terhadap pencatatan saham Gajah Tunggal di bursa.

Dari pantauan pada RTI Business, saham Gajah Tunggal hijau beruntun pada 3-6 Juli. Dalam periode tersebut, saham Gajah Tunggal terbang hampir 60% dari Rp 845 menjadi Rp 1.340 per saham.

Bahkan pada 5 Juli, saham GJTL sedang menjadi buruan para investor. Hal itu nampak dari nilai transaksi yang mencapai Rp 224,2 miliar. Hebatnya kala itu nilai transaksi GJTL lebih tinggi daripada nilai transaksi di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang hanya Rp 195,4 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 154,3 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 142,3 miliar.

Menanggapi kenaikan tersebut, Lo Kheng Hong yang merupakan salah satu pemegang saham GJTL menyampaikan bahwa perusahaan tersebut kini telah bergerak lincah. “Dulu Gajah duduk sekarang Gajah terbang,” tulisnya sambil memberikan emoticon tersenyum, dikutip Rabu (5/7).

Namun sayangnya sejak tanggal 6 hingga 20 Juli saat ini, tren harganya cenderung menurun. Apalagi Lo Kheng Hong tiba-tiba melepas kepemilikan sahamnya di GJTL. Bahkan nama pria yang sering disebut Warren Buffet asal Indonesia tersebut menghilang dari daftar pemegang saham GJTL dengan porsi di atas 5%.

Berdasarkan laporan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terkait kepemilikan investor di atas 5% pada semua emiten per 11 Juli 2023, nama Lo Kheng Hong sudah tidak tercantum lagi. Di situ hanya tercantum satu nama investor di atas 5% yakni Compagnie Financiere Michelin sebagai pemegang 10% saham GJTL.

Pada perdagangan Kamis (20/7) pukul 11.06 WIB saham GJTL tengah terkoreksi 0,47% ke Rp 1.070. GJTL dalam sepekan terakhir sahamnya anjlok 6,14%, namun secara year to date terbang 89,38%.

Sebagai informasi, Gajah Tunggal didirikan pada 1951 sebagai produsen ban sepeda dan selama bertahun-tahun memperluas kapasitas produksi hingga ban sepeda motor, kendaraan penumpang, dan komersial.

Perusahaan mulai memproduksi ban sepeda motor pada 1971 dan mulai memproduksi ban untuk penumpang dan kendaraan komersial pada 1981. Pada 1993, Gajah Tunggal mulai memproduksi dan menjual ban GT Radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.