Emiten yang bergerak di sektor energi dan kimia melalui kilang liquefied petroleum gas (LPG) dan pabril amoniak, PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) catatkan penurunan laba bersih dan pendapatan pada laporan kinerja keuangan dalam sembilan bulan pertama 2023.
ESSA melaporkan pendapatan sebesar US$ 233 juta atau setara dengan Rp 3,69 triliun, turun 58% secara tahunan dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 557,03 juta atau Rp 8,82 triliun.
Sementara earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sebesar US$ 66,1 juta turun 75% secara tahunan. Lalu laba bersih anjlok 91% dari US$ 105 juta atau Rp 1,66 triliun menjadi US$ 10 juta atau Rp 158,49 triliun
"Pendapatan yang lebih rendah terutama didorong oleh harga komoditas yang lebih rendah dan penghentian sementara pabrik amoniak untuk pemeliharaan terjadwal yang dilakukan pada kuartal satu 2023," ucap Sekretaris Perusahaan ESSA Shinta D. U. Siringoringo dalam keterangan resmi dikutip Kamis (19/10).
Selain itu harga realisasi amoniak ESSA telah turun sebanyak 58% menjadi rata-rata US$ 378 per metrik ton secara tahunan hingga September 2023. Penurunan dipicu oleh penurunan harga komoditas global yang dimulai pada awal 2023, didorong oleh permintaan yang menurun akibat kenaikan tingkat harga pada tahun 2022.
Harga amoniak global tampaknya mencapai titik terendah pada Mei 2023 dan selanjutnya menunjukkan tren yang kuat untuk meningkat. Harga telah meningkat secara signifikan dan telah diperdagangkan di atas level normal sejak akhir September 2023.
Sementara pasokan global tetap ketat di tengah kebangkitan permintaan komoditas di Asia Timur dan Cina, sementara Eropa terus bergulat dengan tantangan terus-menerus dari fluktuasi dan kenaikan harga gas.
“ESSA memperkirakan harga amoniak akan tetap pada level yang tinggi kemungkinan pada September 2023, mengingat harga komoditas telah meningkat dengan bertambahnya ketidakpastian geopolitik,” kata Shinta.
Perseroan yang dulu bernama PT Surya Esa Perkasa Tbk tersebut menyatakan akan terus fokus pada pengurangan biaya yang dapat dikendalikan dan meningkatkan operasional yang handal.
Secara rinci, penjualan amoniak tercatat sebesar US$ 199,31 juta, penjualan elpiji US$ 30,44 juta, serta pendapatan jasa pengolahan US$ 2,87 juta.
Shinta menegaskan, ESSA yang salah satunya dimiliki konglomerat Garibaldi Thohir ini tetap teguh demi meningkatkan kehandalan manufaktur, kelestarian lingkungan, dan adaptasi terhadap kebutuhan industri yang terus berkembang.
Komitmen yang tanpa henti terhadap inovasi, kata Shinta, terbukti melalui studi kelayakan tahap dua yang sedang berlangsung untuk blue ammonia. Hal ini dapat memainkan peran penting dalam membentuk masa depan proyek–proyek dekarbonisasi.