Emiten perkebunan sawit, PT Triputra Agro Persada Tbk (AGRO), membukukan laba bersih senilai Rp 1,10 triliun sampai dengan periode September 2023. Raihan laba ini mengalami penurunan 52,7% dibanding akhir September tahun sebelumnya Rp 2,33 triliun.
Alhasil, penurunan ini menyebabkan nilai laba per saham dasar TAPG ikut tergerus menjadi Rp 56 per saham dibanding tahun sebelumnya Rp 118 per saham.
Kinerja bottom line Triputra Agro yang tertekan seiring dengan penurunan penjualan perusahaan selama sembilan bulan pertama tahun ini 10,49% menjadi Rp 6,03 triliun dari tahun sebelumnya Rp 6,74 triliun.
Rinciannya, perolehan penjualan itu ditopang dari penjualan produk kelapa sawit beserta turunan senilai Rp 6,03 triliun, turun dibanding tahun sebelumnya Rp 6,72 triliun. Kemudian, produk karet beserta turunannya sebesar Rp 16,29 miliar dari tahun sebelumnya Rp 20,94 miliar.
Di tengah penjualan yang turun, TAPG juga mengalami kenaikan beban penjualan 14,23% menjadi Rp 4,53 triliun dari periode September tahun lalu Rp 3,86 triliun.
Alhasil, perusahaan hanya mengantongi laba bruto Rp 1,50 triliun, tergerus 45,76% dari kuartal ketiga 2023 senilai Rp 2,78 triliun.
Hingga September 2023, total aset perusahaan mencapai Rp 13,65 triliun, mengalami kenaikan dibanding posisi Desember 2022 sebesar Rp 14,52 triliun.
Total aset itu terdiri dari liabilitas yang turun menjadi Rp 2,76 triliun dari Desember tahun lalu Rp 4,11 triliun. Sedangkan, total ekuitas TAPG mencapai Rp 10,79 triliun, sedikit turun dibanding akhir tahun lalu Rp 10,41 triliun.
Pada Kamis (26/10), harga saham emiten sawit milik Grup Triputra ini terpantau mengalami kenaikan 1,85% ke level Rp 550 per saham. Bila dilihat sejak awal tahun saham Triputra Agro masih lesu dengan pelemahan 13,39%. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar TAPG senilai Rp 10,92 triliun.