PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mengucurkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebanyak US$ 2 miliar untuk pembangunan smelter aluminium yang saat ini masuk ke dalam tahap satu. Direktur Adaro Minerals Indonesia, Wito Krisnahadi menyatakan saat ini manajemen masih menggunakan pendanaan dari ekuitas sebanyak 70%.
Selain itu, Wito Krisnahadi menjelaskan pembangunan smelter aluminium tahap satu ini kapasitasnya mencapai 500 ribu ton per tahun. Wito juga menyebut nantinya kapasitas tersebut akan bertambah hingga mencapai 1,5 juta ton dalam tiga tahap.
“Jadi, bakal ada tiga tahap, yang pertama mencapai 500 ribu ton per tahun yang rencananya akan selesai untuk semua commercial operation date (COD) di akhir 2025. Kemudian, untuk tahap kedua juga sama 500 ribu ton kemudian tahap ketiga 500 ribu ton per tahun sehingga total 1,5 juta ton per tahunnya,” ujar Wito dalam Press Conference Public Expose Live 2023, Senin (27/11).
Saat ini, Adaro Minerals Indonesia memiliki sekitar 65% kepemilikan tak langsung dalam PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Dengan demikian, perseroan berhak mendapatkan bagian dari laba yang akan dihasilkan oleh KAI tersebut tanpa perlu menyediakan pasokan batu bara ke smelter.
Wito menyatakan bahwa saat ini fokus Adaro Minerals adalah pada penambangan batu bara metalurgi, bukan batu bara termal. Oleh karena itu, lanjut Wito, untuk sementara ini ADMR tidak berencana untuk menyediakan batu bara termal ke proyek smelter di Kalimantan Aluminium Industri. “Untuk saat ini, ADMR belum berencana untuk memasok thermal coal kepada proyek smelter yang di KAI ini,” kata Wito.