Emiten maskapai penerbangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) buka suara terkait kebijakan pemotongan iuran anggota Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) dari gaji karyawan.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong Sekarga agar lebih independen. Ia menegaskan hal itu termasuk menjaga aspek akuntabilitas dan kredibilitas terhadap seluruh anggota Sekarga.
“Yang bertujuan untuk mendorong independensi Sekarga agar lebih mandiri dalam mengelola iuran keanggotaannya,” kata Irfan dalam keterangan resminya dikutip Rabu (2712).
Seiring dengan hal itu, Irfan juga menyampaikan hal itu dilakukan dengan pertimbangan untuk meminimalisir perselisihan atas pembebanan langsung iuran keanggotaan serikat dari gaji karyawan.
Dengan demikian, sebagai wujud pemanfaatan hak konstitusi, Irfan melalui kuasa hukum yang ditunjuk saat ini tengah mempertimbangkan untuk melakukan upaya hukum yang dirasa perlu dalam menindaklanjuti rencana pelaporan oleh Sekarga.
Irfan juga menegaskan tidak ada dampak operasional secara langsung baik kegiatan operasional perseroan maupun terhadap harga saham GIAA.
Sebelumnya, Sekarga melaporkan bos maskapai penerbangan pelat merah terkait adanya indikasi tindakan pidana kejahatan. Dalam laporan tersebut, manajemen GIAA melakukan penghentian secara sepihak pemotongan iuran anggota Sekarga.
Ketua Umum Sekarga Dwi Yulianta mengatakan biasanya pemotongan iuran dari gaji karyawan pada setiap bulan. Ketua Umum Sekarga Dwi Yulianta mengatakan, GIAA memberhentikan iuran untuk kepentingan serikat karyawan Garuda secara sepihak sejak 27 November 2023.
"Manajemen GIAA menghentikan pemotongan iuran tersebut dan akibatnya kegiatan organisasi Sekarga terhambat," kata Dwi dalam keterangan resminya, Rabu (20/12).
Di sisi lain, pada pembukaan perdagangan bursa pagi ini Rabu (27/12) pukul 09.00 saham Garuda Indonesia stagnan di level Rp 71 per saham. Nilai transaksinya Rp 333,02 juta dan kapitalisasi pasarnya Rp 6,50 triliun. Sedangkan secara mingguan, saham GIAA merosot 2,74% dan dalam satu bulan terakhir sahamnya anjlok 16,47%.