PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) buka suara soal satelit Starlink yang akan menghadirkan layanan direct to cell atau layanan yang menyediakan jaringan secara langsung buat perangkat seluler pada September nanti. Inilah yang dikhawatirkan bakal mendisrupsi bisnis operator telekomunikasi.
Merespons hal ini, Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah mengatakan hal itu justru akan menguntungkan pelanggan. Indonesia memiliki ribuan kepulauan dan pastinya membutuhkan jaringan telekomunikasi. Dengan kehadiran layanan Starlink, kata Ririek, hal itu akan melengkapi kebutuhan internet di wilayah 3T yakni daerah terdepan, terluar, dan tertinggal.
Selain itu, Ririek mengatakan baik TLKM maupun Starlink sama-sama memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Misalnya, layanan internet berbasis fiber optik memiliki kilobit per detik atau kbps lebih besar dibandingkan layanan nirkabel ataupun satelit.
Namun, layanan ini terbatas dalam menjangkau daerah-daerah dengan kepadatan penduduk rendah karena biaya penarikan kabel optik cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu, Ia menilai layanan Starlink lebih cocok untuk wilayah 3T. Telkom Group juga sudah menjalin kerja sama eksklusif dengan Starlink melalui entitas usahanya, Telkomsat.
“Saya yakin Starlink akan saling compliment. Starlink akan lebih efektif di daerah 3T,” kata Ririek kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/6).
Ririek mengatakan meskipun layanan satelit lebih fleksibel dalam menjangkau daerah 3T, kecepatan yang ditawarkan tidak akan secepat fiber optik. Namun, ia percaya bahwa Starlink akan melengkapi kebutuhan internet di Indonesia.
Menurutnya, Starlink akan lebih efektif di daerah 3T karena biaya untuk membangun Base Transceiver Station (BTS) terlalu mahal sehingga satelit menjadi solusi. Sebaliknya, fiber optik cocok di daerah perkotaan. Dengan demikian, Ia menegaskan bahwa yang akan diuntungkan dari layanan ini adalah para pelanggan.
“Akan saling melengkapi antara Starlink maupun network yang ada sekarang,” pungkasnya.
Perlu diketahui, Starlink menyediakan layanan internet dengan akses langsung ke handphone atau HP. Solusi ini baru tersedia di beberapa negara. Pada Agustus 2022, Starlink mengumumkan kemitraan pertama kami dengan T-Mobile untuk menyediakan akses langsung internet ke HP. Kemudian Starlink mengumumkan kesepakatan dengan Rogers di Kanada, Optus di Australia, One New Zealand, KDDI di Jepang, Salt di Swiss, serta Entel di Chili dan Peru.
"Operator menyediakan spektrum LTE penting dalam rentang 1,6 - 2,7 GHz yang kami gunakan untuk mengirimkan sinyal satelit. Hal ini memungkinkan Starlink berintegrasi seperti mitra roaming standar dengan operator," kata Starlink dalam keterangan pers, pada Januari lalu.
Pengguna layanan operator internet yang bekerja sama dengan Starlink akan bisa menikmati internet di negara lain yang menjadi cakupan satelit perusahaan. Starlink pun mengajak lebih banyak operator seluler di dunia untuk bekerja sama dalam menyediakan internet langsung ke HP. Perusahaan milik Elon Musk itu meluncurkan enam satelit pertama dengan kemampuan Direct to Cell alias akses langsung ke HP pada 2 Januari.
Empat hari setelahnya, Starlink mengirim dan menerima pesan teks pertama ke dan dari telepon seluler yang tidak dimodifikasi di darat ke satelit baru di luar angkasa menggunakan spektrum jaringan T-Mobile. Starlink mencoba layanan SMS tahun ini. Kemudian perusahaan akan memperluas cakupan ke layanan suara, data, dan Internet of Things (loT) pada 2025.
Hal itu yang dikhawatirkan oleh Telkom. Direktur Wholesale and International Service Telkom Bogi Witjaksono mengatakan, teknologi yang sedang diuji coba oleh Starlink itu merupakan evolusi berikutnya dalam layanan internet.