Kondisi ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19 dinilai masih menantang. Hal ini membuat PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaannya.
Fachmy Achmad, Direktur BTPN Syariah, mengatakan masyarakat kelas menengah ke bawah khususnya ultramikro yang menjadi segmen pembiayaan BTPN Syariah tertekan. Ia mengungkapkan, sebelum pandemi kualitas pembiayaan perusahaan bagus karena nasabah kompak dan disiplin membayar cicilan. Setelah pandemi, kualitas pembiayaan menurun karena kekompakan nasabah menurun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pada semester I 2024 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) BTPN Syariah naik 11% menjadi Rp 929 miliar dari Rp 835 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
"Dikarenakan faktor kondisi ekonomi dan behavior nasabah masih menantang, untuk menurunkan CKPN itu yang kami lakukan adalah lebih selektif dalam memilih nasabah dengan harapan kami bisa menurunkan CKPN. Itu terlihat dari tren repayment rate yang mulai membaik," kata Fachmy dalam Public Expose Live 2024, di Jakarta, Selasa (27/8).
Fahmi menyebutkan rasio pembiayaan bermasalah atau nonperforming financing ratio (NFR) untuk segmen ultamikro secara industri menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencapai 4,04%. Angka ini mendekati ambang batas 5% yang ditetapkan OJK.
Per Juni 2024, NPF gross BTPN Syariah mencapai 3,05%, naik tipis dibandingkan semester I 2023 yang berada di 3,01%. Ia juga menyebutkan Indeks Produktivitas Industri yang menunjukkan pencapaian industri ultramikro masih di bawah level sebelum pandemi meskipun sudah menunjukkan perbaikan.
"Kami melihat dengan situasi ini mereka butuh waktu untuk proses perbaikan dan untuk membantu hal tersebut, BTPN Syariah hadir untuk terus memperkuat pendampingan kepada masyarakat inklusif," ujarnya.
Direktur Kepatuhan dan Corporate Secretary BTPN Syariah Arief Ismail menambahkan, BTPN Syariah berupaya menjaga kualitas pembiayaan dengan melakukan pendampingan lebih intensif kepada nasabahnya. "Upaya ini, Insya Allah dapat menjaga kualitas bisnis," ujar Arief.
Pada semester I 2024, penyaluran pembiayaan BTPN Syariah mencapai Rp 10,45 triliun. Angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 14% dibandingkan dengan semester I 2023 sebesar Rp 12,09 triliun. Perusahaan membukukan laba bersih Rp 552 miliar pada akhir Juni 2024, turun 27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 753 miliar.