Pemerintah Bali Ungkap 6 Strategi Wujudkan Humas Sebagai Agen Perubahan

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc.
Model memperagakan busana adat saat kegiatan Parade Busana Adat se-Bali di Denpasar, Bali, Sabtu (6/7/2024). Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk melestarikan dan mengenalkan kekayaan kain dan busana-busana adat yang menjadi ciri khas seluruh kabupaten dan kota di Pulau Dewata.
22/11/2024, 13.19 WIB

Pemerintah Provinsi Bali membeberkan enam strategi demi mewujudkan hubungan masyarakat (humas) dan public relations sebagai agen perubahan baik di masa kini maupun masa yang akan datang. 

Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Provinsi Bali, I Dewa Putu Sunartha, menyatakan bahwa tema World Public Relation Forum 2024, Purposeful Influence for the Common Good? sangat sejalan dengan falsafah masyarakat Bali, Tri Hita Karana. Falsafah ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

“Dalam konteks peradaban modern, prinsip ini menegaskan bahwa pengaruh yang kita miliki harus digunakan untuk menciptakan kebaikan bersama,” kata Sunartha dalam sambutannya WPRF 2024: The Next Gen PR for Purposeful Progress di Nusa Dua, Bali, Jumat (22/11). 

Sunartha menjelaskan bahwa di era digital yang dinamis, peran humas telah berkembang melampaui fungsi tradisionalnya. Menurutnya, para praktisi humas adalah agen perubahan yang akan menentukan arah komunikasi masa depan di Indonesia. 

Dalam menghadapi tantangan seperti disinformasi dan krisis kepercayaan publik, diperlukan pendekatan yang tidak hanya profesional, tetapi juga berlandaskan nilai-nilai, etika, dan toleransi lokal. Ia menyoroti konsep Metaksu di Bali, yakni kekuatan spiritual yang memberikan pengaruh positif. 

Ia menyampaikan dalam konteks modern, Metaksu diartikan sebagai kemampuan menciptakan dampak berkesinambungan yang tidak hanya melindungi organisasi tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat. Selain itu, ia mengangkat tradisi Ngrombo, praktik masyarakat Bali dalam menyelesaikan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi efektif. 

“Ngrombo mengajarkan kita bahwa setiap masalah, serumit apapun, dapat diselesaikan melalui kolaborasi dan komunikasi yang efektif,” ujarnya.

Sunartha menegaskan bahwa filosofi Ngrombo relevan dengan tantangan komunikasi masa kini, karena mengajarkan pentingnya membangun jembatan komunikasi antara berbagai pemangku kepentingan. Nilai ini sejalan dengan tema WPRF 2024.

Selain itu, ia menekankan bahwa sebagai praktisi komunikasi, pengaruh yang dimiliki harus diarahkan untuk membangun konsensus, memperkuat kohesi sosial, dan menciptakan solusi yang bermanfaat bagi semua pihak. Ia mengibaratkan peran ini dengan tradisi Ngrombo, di mana seorang pelaksana Ngrombo harus mampu memfasilitasi dialog secara ringkas dan memastikan setiap suara didengar, sehingga tercipta solusi yang diharapkan bersama.

6 Strategi Pemerintah Bali

Dengan demikian Sunartha mengajak generasi muda Indonesia melakukan enam hal:

  1. Meningkatkan kompetensi digital sambil tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal
  2. Menciptakan narasi yang mampu menjembatani tradisi dengan modernitas
  3. Memanfaatkan pengaruh untuk mendorong pembangunan berkelanjutan
  4. Menjadi agen perubahan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat
  5. Menerapkan semangat “Ngrombo” dalam tata kelola pemerintahan modern dengan mengutamakan dialog dan solusi bersama
  6. Berperan sebagai fasilitator yang efektif dalam membangun konsensus di tengah beragam kepentingan.

“Saya sangat berharap bahwa pertemuan kaum muda Indonesia dalam World Public Relations Forum 2024 ini dapat menjadi langkah yang kuat untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan,” pungkasnya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila