PT Bank Sahabat Sampoerna atau Bank Sampoerna mencatatkan laba bersih anjlok 71,98% dibandingkan periode yang sama tahun lalu alias year on year (yoy) menjadi Rp 11,24 miliar.
Direktur Finance and Business Planning Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan salah satu sumber pendapatan berasal dari pendapatan non-bunga Rp 93,4 miliar.
Ia menyebutkan 64% dari total pinjaman yang disalurkan perseroan Rp 11,7 triliun diarahkan ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sebanyak Rp 4,5 triliun atau 60% disalurkan langsung oleh Bank Sampoerna, sedangkan Rp 3 triliun sisanya melalui mitra seperti perusahaan fintech peer to peer lending dan sebagainya.
Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) 88,8% per akhir Juni 2025, atau naik 2,5% dibandingkan akhir Juni 2024. Henky menyebut kondisi ini sehat dan sesuai risk appetite bank dengan mempertimbangkan situasi ekonomi saat ini.
“Kami menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara penghimpunan dana dan penyaluran kredit untuk memastikan efisiensi pemanfaatan dana,” kata Henky dalam keterangan pers, dikutip Rabu (13/8).
Penghimpunan dana murah atau Current Accounts and Saving Accounts (CASA) Rp 2,5 triliun pada kuartal II, naik 52% dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio dana murah pun melonjak dari 11,7% menjadi 19,2%.
Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) terjaga di level 4,4% pada paruh pertama.
CEO Bank Sampoerna Ali Yong menyoroti peran penting kolaborasi dengan mitra strategis. Sinergi ini memungkinkan bank memperluas akses pembiayaan dan menyediakan layanan perbankan yang dibutuhkan UMKM. Melalui konsep Bank as a Service (BaaS), mitra dapat menyediakan layanan perbankan kepada nasabah atau anggotanya.
Hasilnya, penggunaan layanan virtual account, pembayaran QRIS dan transfer dana melalui mitra (host to host fund transfer) pada semester pertama mencapai 148 juta transaksi Rp 59 triliun, melonjak 10 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.