Ekonomi Tiongkok Berpotensi Terpangkas 1% akibat Wabah Virus Corona

ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang
Ilustrasi. Wabah virus corona telah menewaskan 1.018 orang di seluruh dunia, mayoritas di Tiongkok.
Penulis: Agustiyanti
11/2/2020, 12.50 WIB

Wabah virus corona berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 1% pada keseluruhan tahun ini. Endemi tersebut hingga kini telah menewaskan lebih dari 1.000 orang.

Ekonomi Tiongkok telah mengalami perlambatan pada tahun lalu meski belum ada wabah virus corona. Pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 6,1%, terendah sejak 1992 akibat perang dagang berlarut-larut dengan Amerika Serikat.

Wakil Ketua Institut Nasional untuk Keuangan dan Pembangunan Zeng Gang membandingkan krisis saat ini dengan epidemi SARS pada 2003 yang memangkas ekonomi Tiongkok sebesar 2% dalam satu kuartal.

"Dampak epidemik ini terhadap pertumbuhann ekonomi kuartal I diperkirakan hampir sama," ujar Zeng dikutip dari Reuters, Selasa (11/2).

Zeng menyebut para peneliti dengan berbagai asumsi skenario yang berbeda memperkirakan dampak virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi Tiongkok berkisar 0,2% hingga 1% pada tahun ini. Namun, jika pembatasan penyebaran epidemi tersebut tepat waktu dan efektif, maka tren pertumbuhan jangka panjang diperkirakan tak akan terpengaruh.

"Dalam jangka pendek, dampak epidemi pada aktivitas ekonomi tidak dapat diabaikan terutama pada industri tersier dan perusahaan kecil dengan arus kas yang ketat akan menghadapi tekanan yang lebih besar," kata Zeng.

(Baca: Korban Meninggal Akibat Virus Corona Capai 1.016 di Tiongkok)

Zeng mengatakan kesulitan bagi perusahaan kecil dapat mendorong potensi kebangkrutan dan meningkatkan pengangguran pada kuartal pertama.

“Situasi ketenagakerjaan tidak optimis. Ini juga akan menimbulkan tantangan serius bagi tujuan kebijakan makro 'pekerjaan pertama', ”katanya.

Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan pada Senin (10/2) bahwa pemerintah akan mencegah PHK skala besar. Bank sentral juga telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung perekonomian, termasuk mengurangi suku bunga dan membanjiri pasar dengan likuiditas.

Lembaga pemeringkat global, Standard and Poors (S&P) sebelumnya menurunkan proyeksi pertumbuhan Tiongkok pada tahun ini dari sebelumnya 5,7% menjadi 5%. Wabah virus corona diperkirakan membuat perekonomian Negara Tembok Raksasa ini melambat dari posisi tahun lalu sebesar 6,1%.

(Baca: Dampak Virus Corona, S&P Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok)

Menurut lembaga tersebut, dampak wabah virus corona terhadap ekonomi Tiongkok akan sangat terasa pada kuartal pertama tahun ini. Sedangkan pemulihan ekonomi bakal terjadi pada kuartal ketiga tahun ini.

Proyeksi S&P dibuat dengan asumsi dasar bahwa krisis virus corona akan stabil secara global pada Maret 2020 dengan hampir tidak ada penyebaran baru pada April.

Total korban Tewas di daratan Tiongkok hingga Senin (10/2) mencapai 1.016 orang. Kemudian terdapat dua orang tewas di Filipina dan Hong Kong.

Terdapat lebih dari 40 ribu kasus infeksi yang sebagian besar berada di Provinsi Hubei, Tiongkok. Provinsi tersebut kini tengah diisolasi dengan penutupan akses jalur transportasi, baik darat maupun udara.