Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, potensi investasi asing yang masuk hingga 2023 mencapai US$ 163 miliar atau Rp 2.282 triliun dengan kurs Rp 14 ribu per dolar AS.
"Itu angka investasi dalam pipeline yang bisa terjadi hingga empat tahun ke depan," kata Luhut di Jakarta Jumat (15/11).
Sekitar 50 % potensi investasi tersebut akan berasal dari sektor energi. Investor yang sudah menyatakan ketertarikannya antara lain Abu Dhabi National Oil Co (ADNOC), China Petroleum Corporation (CPC), dan Mubadala Petroleum. Khusus ADNOC, menurut dia, nilai investasinya mencapai US$ 14 miliar.
Luhut menilai investor di sektor energi berminat masuk ke Tanah Air lantaran sulit mendapatkan bijih nikel (ore), stainless steel, dan carbon steel. Selain sektor energi, sebanyak 23-25 % investasi merupakan industri hilir. "Ini baru sementara," ujar Luhut.
(Baca: Airlangga Siapkan Dua Quick Wins untuk Tekan Impor Migas)
Ia meyakini, masuknya investasi-investasi tersebut dapat menciptakan kepercayaan positif di mata investor sehingga tergerak untuk berinvestasi di Indonesia. Namun besaran investasi tersebut masih dapat berubah seiring perbaikan kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Pemerintah, dijelaskan Luhut, akan menyelesaikan sejumlah aturan yang menghambat. Salah satunya, aturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Kemudian, pemerintah juga akan merevisi puluhan Undang-Undang (UU) menggunakan skema Omnibus Law.
(Baca: Anggap Ahok Bersih, Luhut Heran Ada Penolakan di BUMN )
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan tengah mendata investasi yang akan masuk ke Tanah Air. “Beberapa baru dimasukkan ke BKPM, habis itu baru kami data,” ujar dia.
Adapun investasi yang akan masuk meliputi sektor kilang minyak atau refinery, hilirisasi pertambangan, dan pariwisata. “Tapi investasi yang masuk paling besar dari petrokimia,” kata dia.