Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan sebesar 0,32% pada Januari 2019 atau 2,82% secara tahunan, terendah untuk periode sama dalam tiga tahun terakhir. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pihaknya akan terus menjaga inflasi rendah dengan mengendalikan harga pangan.

Kenaikan harga pangan memang masih menjadi kontributor utama inflasi. Inflasi kelompok bahan makanan tercatat paling tinggi, yaitu sebesar 0,92% dengan andil ke inflasi total sebesar 0,18%. “Ke depannya tentu (harga) pangan kami kendalikan. Apapun kami berusaha keras supaya inflasi itu sekitar 3,2%,” kata dia di kantornya, Jumat (1/2).

Menurut pantauan Darmin, harga pangan yang agak naik pada awal tahun ini adalah jagung. Kenaikan harga jagung memengaruhi harga telur dan daging ayam. Sebab, jagung merupakan bahan pakan ternak. Di sisi lain, BPS mencatat penyumbang terbesar inflasi yaitu ikan segar, beras, dan sayuran (tomat dan bawang).

(Baca: Jagung Mahal, Kemendag Terapkan Harga Khusus Daging Ayam dan Telur

Adapun target inflasi ditetapkan sebesar 2,5-4,5% tahun ini, sama dengan tahun lalu. Pada tahun lalu, inflasi mampu mencapai target meskipun di tengah gejolak nilai tukar rupiah. Tahun depan, target inflasi diharapkan bisa lebih rendah yaitu 2-4%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan yang sebesar 0,32% pada Januari 2019 merupakan yang terendah untuk periode sama dalam tiga tahun terakhir. Inflasi bulanan tercatat sebesar 0,51% pada Januari 2016, kemudian 0,97% pada Januari 2017, dan 0,62% pada Januari 2018.

(Baca: Inflasi Januari Hanya 0,32%, Terendah dalam Tiga Tahun Terakhir)

Berdasarkan komponennya, inflasi inti sebesar 0,30% dengan andil 0,18%, harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami deflasi sebesar 0,12% dengan andil minus 0,03%, serta inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) 0,97% dengan andil 0,17%.

Kepala BPS Suhariyanto meminta pemerintah terus memperhatikan komponen volatile food ke depan. Alasannya, harga beras, telur ayam ras, dan daging ayam ras, serta produk pertanian lain sangat tergantung pada banyak faktor yang tidak terduga.

Reporter: Rizky Alika