Target investasi pada 2018 lalu meleset. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi hanya mencapai Rp 721,3 triliun atau 94,3% dari target yang sebesar Rp 765 triliun. Penyebabnya, realisasi investasi asing yang di bawah ekspektasi.
Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk hanya sebesar Rp 392,7 triliun atau hanya 82,3% dari target yang Rp 477,4 triliun. Sedangkan penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 328,6 triliun, melampaui target yang sebesar Rp 287,6 triliun.
Kepala BKPM Thomas T. Lembong mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan realisasi investasi tak mencapai sasaran. Pertama, perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat. Kedua, investor yang cenderung menahan diri menjelang pemilihan umum (Pemilu).
(Baca: Optimis Jelang Pilpres, Katadata Investor Confidence Index Capai 139,1)
Ia mengatakan dampak perang dagang besar. Bahkan, menurut data United Nations Conference on Trade and Development, PMA secara global turun sebesar 20%. “Tahun lalu sangat sulit untuk internasional,” kata Thomas saat pemaparan di kantornya, Jakarta, Rabu (30/1).
Di sisi lain, kecenderungan investor menahan diri menjelang Pemilu sudah menjadi pola berulang. "Untuk Pemilu, tren dari dulu memang seperti itu (melambat jelang Pemilu)," ujarnya.
Meski begitu, ia melihat tanda-tanda investor sudah mulai mengantisipasi faktor domestik dan global tersebut. Ini tercermin dari PMA yang mencapai Rp 99 trilun pada kuartal IV tahun lalu. Pencapaian tersebut turun 11,6% dibandingkan tahun lalu, namun meningkat 11% dibandingkan kuartal sebelumnya.
(Baca: Menjawab Kritikan The Economist Soal Perekonomian Era Jokowi)
Di satu sisi, investor telah mengetahui program kerja dua calon presiden yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Di sisi lain, investor menyambut baik dimulainya negosiasi dagang AS-Tiongkok. "Ini berdasarkan puluhan diskusi saya dengan investor besar mancanegara," kata dia.
BKPM mencatat, meski meleset dari target, realisasi investasi 2018 yang senilai Rp 721,3 triliun masih tumbuh 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya. PMA terbesar berasal dari sektor listrik, gas dan air yaitu sebesar US$ 4,4 miliar atau 16,3% dari total PMA. Kemudian, sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar US$ 4,3 miliar atau 14,7% dari total PMA.
Bila dilihat dari asal negara, investor terbesar berasal dari Singapura dengan nilai investasi US$ 9,2 miliar untuk 4.946 proyek. Selanjutnya, Jepang dengan nilai investasi US$ 4,9 miliar untuk 3.166 proyek, Tiongkok sebesar US$ 2,4 miliar untuk 1.562 proyek, Hong Kong sebesar US$ 2 miliar untuk 1.027 proyek, dan Malaysia sebesar US$ 1,8 miliar untuk 1.276 proyek.
Sedangkan PMDN paling besar berasal dari sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi yaitu sebesar Rp 58,7 T atau 17.9% dari total PMDN. Kemudian, sektor konstruksi sebesar Rp 45 triliun atau 13,7% dari total PMDN.