BKPM Catat Realisasi Investasi Asing Kuartal III Anjlok 20%

KATADATA | Arief Kamaludin
30/10/2018, 18.33 WIB

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan realisasi investasi langsung pada kuartal III sebesar Rp 173,8 triliun, turun 1,6% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 176,6 triliun. Penurunan imbas realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang anjlok.

Kepala BKPM Thomas Lembong mengakui tren realisasi investasi tahun ini tidak menggembirakan. Menurut dia, turunnya investasi di triwulan III disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Namun, dia tidak mau fokus pada faktor ekternal yang notabene di luar kendali Indonesia.

"Saya pribadi tetap menempatkan tanggung jawab pada internal. Menurut saya, eksekusi dan implementasi kebijakan pro-investasi, masih kurang," kata Thomas di kantornya, Jakarta, Selasa (30/10).

(Baca juga; Faisal Basri: Penguasaan Asing di Indonesia 24%, Terkecil di ASEAN)

Ia menjelaskan realisasi investasi pada saat ini merupakan panen dari upaya tahun lalu. Jadi, jika implementasi kebijakan pro-investasi tahun ini pun masih kurang untuk mendatangkan investasi, maka bukan tidak mungkin tahun depan realisasi investasi tetap menurun.

Secara rinci, realisasi PMA sebesar Rp 89,1 triliun pada twirulan III, anjlok 20,2% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 111,7 triliun. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mencapai Rp 84,7 triliun atau melesat 30,5% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 64,9 triliun.

Lima lokasi proyek dengan realisasi investasi terbesar yaitu, Jawa Barat senilai Rp 29,3 triliun atau 16,8% dari total investasi. Kedua, DKI Jakarta senilai Rp 26,2 triliun atau 15,1%. Ketiga, Banten dengan nilai Rp 16,1 triliun atau 9,3%. Keempat, Jawa Tengah dengan nilai Rp 14,3 triliun atau 8,2%. Kelima, Jawa Timur dengan nilai Rp 11,5 triliun atau 6,6%.

Sedangkan lima sektor usaha dengan realisasi investasi terbesar yaitu, transportasi, gudang, dan telekomunikasi senilai Rp 30,4 triliun atau sebesar 17,5% dari total investasi. Kedua, sektor listrik, gas, dan air sebesar Rp 28,6 triliun atau 16,5%. Ketiga, sektor pertambangan sebesar Rp 16,1 triliun atau 9,3%. Keempat, sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran senilai Rp 13,6 triliun atau 7,8%. Kelima, sektor industri makanan sebesar Rp 13,3 triliun atau 7,6%.

Sementara itu, lima besar negara asal PMA adalah Singapura sebesar US$ 1,6 miliar atau 24,2% dari total PMA. Lalu Jepang senilai US$ 1,4 miliar atau 21,2%. Hong Kong senilai US$ 0,5 miliar atau 7,6%. Malaysia senilai US$ 0,5 miliar atau 7,6%. Terakhir, Tiongkok senilai US$ 0,5 miliar atau 7,6%.

Turunnya realisasi investasi triwulan III 2018, dikatakan Thomas, akan menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah. Pemerintah akan mengkaji dan mengevaluasi lagi kebijakan-kebijakan yang dianggap mengganggu stabilitas investasi.

Thomas menganggap, kebijakan investasi saat ini kurang "nendang", sehingga adanya perlambatan dalam investasi. Insentif libur pajak atau tax holiday dia anggap kurang merangsang bagi investor karena hanya mencangkup 3% dari subsektor ekonomi. Untuk itu, Thomas berharap penerapan tax holiday bisa lebih luas lagi sektornya agar semakin menarik bagi investor.

(Baca juga: Pemerintah Siap Memperluas Tax Holiday Untuk Memacu Investasi)

Selain itu, ia mengatakan perlunya upaya dari pemerintah untuk mengantisipasi faktor-faktor eksternal yang mungkin akan berdampak pada realisasi investasi di Indonesia ke depannya. "Antisipasi ini perlu dilakukan untuk mencegah para investor menarik kembali modal yang telah diinvestasikan melalui pasar modal ataupun pasar uang,” kata Thomas.