Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) bakal menggelar rapat bulanan pada 16-17 Mei 2018 untuk menentukan kebijakan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate. Menjelang rapat tersebut, Gubernur BI Agus Martowardojo kembali mengungkapkan tentang peluang besar kenaikan bunga acuan.
“Kami membuka peluang itu (penyesuaian) dan kami melihat bahwa peluang itu sangat dimungkinkan,” kata Agus usai menghadiri pertemuan dengan bankir di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Selasa (15/3).
Sinyal kenaikan bunga acuan ini pertama kali disampaikan Agus melalui pernyataan tertulis pada Jumat (11/5). Pernyataan dirilis seiring berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu arus keluar dana asing imbas dinamika global.
Ketika itu, Agus menyatakan BI memiliki ruang yang cukup besar untuk mengerek bunga acuan. “Respons kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas,” kata dia.
(Baca juga: BI Disarankan Kerek Bunga Acuan daripada Cadangan Devisa Terkuras)
Adapun berdasarkan data Bloomberg, para ekonom masih terbagi soal kemungkinan kenaikan bunga acuan. Beberapa ekonom memprediksi kenaikan 0,25% ke level 4,5%, sedangkan beberapa lainnya memprediksi tidak ada kenaikan.
Sementara itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani justru menyarankan kenaikan bunga acuan sebesar 0,5% menjadi 4,75% untuk menahan arus keluar dana asing.
(Baca juga: Puluhan Triliun Dana Asing Hengkang, Risiko Arus Keluar Masih Ada)
Kenaikan tersebut dengan mempertimbangkan kenaikan bunga acuan AS paling sedikit tiga kali tahun ini. “Kalau dibandingkan (dengan bunga) Amerika, memang (BI 7 Days Repo Rate) sudah waktunya naik,” kata dia.
Untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi di tengah bunga acuan yang lebih tinggi, ia mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan bantuan sosial untuk masyarakat menengah dan bawah.
Meski begitu, Ekonom Senior Bank mandiri Andry Asmoro memprediksi BI hanya akan menaikkan bunga acuan sebesar 0,25% ke level 4,5%. Adapun kenaikan tersebut pun diyakini tidak akan langsung direspons perbankan dengan mengerek tinggi bunga kreditnya. “Iya tapi lagging-nya masih lama, dan kalau pun suku bunga kredit naik, jumlahnya tidak besar,” kata dia.
Di sisi lain, Direktur Utama Bank Bank Tabungan Negara (BTN) Maryono memperkirakan bunga acuan belum akan naik sebab ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik.
”Ulasan dari Menteri Keuangan, BI maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan kondisi ekonomi Indonesia sudah kuat jadi arah peningkatan suku bunga itu akan diambil sebagai opsi terakhir,” kata dia.