Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat setelah Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memberikan sinyal kenaikan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate. Pada perdagangan di pasar spot Jumat (11/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat menguat paling besar di antara mata uang Asia lainnya.
Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah tercatat berada di level 13.960 per dolar AS, menguat 0,88% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Beberapa mata uang Asia lainnya juga mengalami penguatan meski tidak sebesar rupiah. Secara umum, hal itu terjadi seiring meredanya penguatan dolar AS lantaran pelaku pasar melihat kemungkinan bunga acuan di negara tersebut tak naik agresif lantaran angka inflasi April yang tak sesuai ekspektasi.
Yen Jepang tercatat menguat 0,05%, rupee India 0,06%, dolar Singapura 0,20%, yuan Tiongkok 0,22%, dolar Taiwan 0,32%, baht Thailand dan won Korea Selatan 0,34%. Di sisi lain, nilai tukar peso Filipina dan ringgit Malaysia melemah terhadap dolar AS, masing-masing sebesar 0,68% dan 0,13%.
Adapun khusus nilai tukar rupiah, penguatan terjadi seiring pernyataan Gubernur BI Agus Martowardojo bahwa kebijakan moneter bakal diprioritaskan untuk menjaga stabilitas dan peluang kenaikan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate. (Baca juga: Gubernur BI: Ada Ruang Cukup Besar Sesuaikan Bunga Acuan)
“Bank Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan. Respons kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas,” kata Agus dalam pernyataan tertulis yang dilansir pada Jumat (11/5) pagi.
Arah kebijakan tersebut dengan mempertimbangkan nilai tukar rupiah yang tak sesuai dengan fundamental ekonomi dan banyaknya tantangan global, di antaranya kenaikan bunga acuan AS, kenaikan harga minyak dunia, dan risiko geopolitik berupa perang dagang AS-Tiongkok serta pembatalan kesepakatan nuklir AS-Iran.
Dari pasar saham, mengacu pada data RTI, investor asing tercatat masih membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 434,55 miliar. Namun, aksi beli dari investor domestik tampaknya cukup besar sehingga berhasil menyokong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,83% ke level Rp 5.956.
Sementara itu, di pasar obligasi, rata-rata harga obligasi Pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,38 basis points ke level 114,05 dari sebelumnya di level 113,67. Sementara itu, rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price turun 0,11 basis points ke level 106,97 dari sebelumnya di level 107,08.