Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan akan bertugas hingga 24 Mei 2018. Setelah itu, posisinya akan digantikan Perry Warjiyo yang telah lolos dari uji kelayakan dan terpilih secara aklamasi di Dewan Perwakilan Rakyat akhir Maret lalu.
Dalam masa transisi ini, Agus meyakinkan tidak akan mengganggu kinerja bank sentral. “Pada saat saya mengakhiri tugas, langsung Pak Perry mengganti saya. Tetapi Dewan Gubernur berjalan efektif,” kata Agus di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (27/4).
Dia menegaskan BI akan selalu hadir di pasar dan senantiasa mengawasi moneter makroprudensial dan sistem peredaran uang. Selain itu, BI selalu menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia. (Baca: BI Tak Ragu Naikkan Bunga Acuan Jika Kurs Rupiah Bahayakan Stabilitas).
Untuk itu, Dewan Gubernur tetap berjalan setelah masa kepemimpinannya selesai sehingga tidak akan ada kekosongan jabatan. “Semua akan baik termasuk koordinasi dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ujar dia.
Penggantinya, Perry, merupakan pejabat karier di BI sejak 1984. Saat ini, ia masih menduduki Deputi Gubernur. Jabatan itu diembannya sejak 15 April 2013 yang diperoleh melalui perjalanan panjang. Perry dicalonkan sebagai deputi sebanyak empat kali sejak 2009, namun baru berhasil lolos pada 2013.
Ketika itu, Perry, yang menjabat Asisten Gubernur BI, menang secara aklamasi di Komisi Keuangan DPR. Dia mengalahkan kandidat lainnya yaitu Hendar yang menjabat Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI.
Pria kelahiran Sukoharjo pada 25 Februari 1959 itu meraih gelar master dan PhD di bidang Moneter dan Keuangan Internasional dari Iowa State University, Amerika Serikat, masing-masing pada 1989 dan 1991. (Baca: Darmin: Kemampuan Perry Warjiyo di Bidang Moneter Tak Perlu Diragukan).
Sebelum menjabat sebagai Deputi Gubernur, Perry menempati posisi Asisten Gubernur untuk perumusan kebijakan moneter, makroprudensial dan internasional. Jabatan tersebut diemban setelah menjadi Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.
Perry pun sempat menduduki posisi penting sebagai Direktur Eksekutif di International Monetary Fund (IMF), mewakili 13 negara anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group.