Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) kembali mengerek suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate sebesar 0,25% menjadi 1,5-1,75%. Meski begitu, ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) belum akan mengikuti jejak The Fed mengerek suku bunga acuan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memprediksi Dewan Gubernur BI bakal mempertahankan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate tetap di level 4,25% pada rapat bulanan yang digelar 21-22 Maret 2018. Keputusan tersebut seiring dengan inflasi Februari yang masih terjaga, demikian juga dengan nilai tukar rupiah seiring intervensi yang dilakukan BI.
Namun, ia melihat potensi BI menaikkan bunga acuan jika Fed Fund Rate kembali naik pada Mei 2018 mendatang. Kenaikan bunga acuan untuk meredam tekanan terhadap nilai tukar rupiah. "Artinya langkah BI untuk pertahankan bunga acuan hanya temporer. Proyeksi dari The Fed sampai 2020 Fed Rate naik sampai 3,1%. Ini yang perlu dicermati sama BI ," kata Bhima kepada Katadata.co.id, Kamis (22/3).
(Baca juga: Bunga The Fed Naik Jadi 1,75%, Masih Terbuka Potensi Naik 3 Kali Lagi)
Menurut dia, BI berpotensi menaikkan bunga acuan ke kisaran 4,5-4,75% di semester II tahun ini. Adapun inflasi diperkirakan Bhima bakal berada di atas 3,5% tahun ini, didorong oleh komponen harga pangan bergejolak (volatile food). Sejauh ini, pemerintah menargetkan inflasi berada pada rentang 2,5-4,5%, lebih rendah dibandingkan rentang tahun sebelumnya 3-5%.
Senada dengan Bhima, Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memprediksi bunga acuan tetap lantaran masih konsisten dengan upaya BI menjaga inflasi sesuai target dan nilai tukar stabil.
Selain itu, ketidakpastian di pasar dianggap telah mereda setelah The Fed kembali merilis dot plot yang menunjukkan proyeksi para pembuat keputusan di The Fed tentang arah kebijakan bunga di tahun ini dan tahun depan. Adapun sebagian besar memproyeksi Fed Fund Rate naik sebesar 0,75% tahun ini.
Sering menurunnya ketidakpastian di pasar, ia melihat potensi volatilitas nilai tukar rupiah menurun ke depan. "Jadi, mempertimbangkan tujuan BI yakni menjaga stabilitas harga dan nilai tukar pada tahun ini, maka stance kebijakan moneter BI diperkirakan netral dalam jangka pendek," ucapnya.