Sederet negara ASEAN mengalami akselerasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini. Ekonomi Vietnam dan Filipina melaju lebih kencang pada kuartal III 2017 lalu, mengalahkan Tiongkok yang melemah ke level 6,8%. Namun, ekonomi Indonesia justru tumbuh stagnan.
Pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 7,46% pada kuartal III, jauh melesat dari dua kuartal sebelumnya yang sebesar 5,15% dan 6,28%. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun belakangan. Pencapaian tersebut di antaranya disokong oleh tingginya ekspor, utamanya dari industri milik asing.
Sementara itu, ekonomi Filipina tumbuh 6,9% pada kuartal III, lebih tinggi dibandingkan dua kuartal sebelumnya yang sebesar 6,4% dan 6,7%. Penyokong utamanya yaitu ekspor dan belanja pemerintah yang membaik. Pemerintahan Presiden Duterte menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 7-8% dalam enam tahun ke depan, dengan pendanaan infrastruktur melebihi Rp 2.200 triliun hingga 2021.
Akselerasi ekonomi juga dialami Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ekonomi Singapura bahkan tercatat melonjak signifikan dari kisaran 2% pada kuartal I dan II menjadi 5,2% pada kuartal III. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi dalam hampir empat tahun belakangan. Industri manufaktur masih menjadi motor pemacu ekonomi.
Tak seperti banyak negara ASEAN, Indonesia justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang stagnan di level 5% sepanjang tahun ini. Menanggapi kondisi tersebut, Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi menyebut ekonomi Indonesia tumbuh di bawah potensinya lantaran masih terdampak oleh terpukulnya kinerja ekspor imbas jatuhnya harga komoditas pada 2014-2015 lalu. Selain itu, lingkungan investasi yang menantang.
Tahun depan, “Dengan membesarnya tantangan dalam membuat kebijakan dan dibayangi pemilihan presiden 2019, Indonesia bakal membutuhkan dorongan besar dari lingkungan eksternal untuk tumbuh lebih tinggi,” demikian tertulis dalam analisis Gundy yang dilansir pekan ini. (Baca juga: Risiko Kecil, Investor Disarankan Tetap Berinvestasi di Tahun Politik)
Secara umum, Gundy dan sederet ekonom lainnya memprediksi ekonomi Indonesia berpeluang tumbuh di kisaran 5,2-5,3% tahun depan, lebih rendah dibandingkan target pemerintah 5,4%. Penyokongnya, kinerja ekspor yang membaik seiring dengan tren kenaikan harga komoditas yang diprediksi bakal berlanjut. Selain itu, ekonomi disokong oleh pertumbuhan investasi. Beberapa ekonom juga melihat peluang konsumsi rumah tangga membaik di tahun politik.
(Baca juga: Mantan Menkeu dan Ekonom Ramal Ekonomi 2018 di Bawah Target)
Adapun kondisi stagnansi pertumbuhan ekonomi saat ini sempat ditanggapi serius mantan Menteri Keuangan Chatib Basri. Menurut dia, jika Indonesia tak bisa mempercepat laju ekonomi, maka orang Indonesia bisa tua sebelum kaya. Kondisi tersebut bakal memunculkan beban fiskal yang besar pada 2050 ketika penduduk Indonesia didominasi penduduk berusia tua. “Pertumbuhan ekonomi harus dipercepat,” ucapnya beberapa waktu lalu.