KATADATA ? Fenomena cuaca panas berkepanjangan El-Nino yang menyebabkan kekeringan di sejumlah daerah belum memaksa pemerintah untuk mengimpor beras. Pemerintah menilai cadangan beras yang ada di Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) masih mencukupi.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah masih optimistis produksi padi di dalam negeri masih mencukupi kebutuhan dalam negeri. Apalagi, pemerintah sudah mengantisipasi fenomena alam ini sejak awal tahun.
Pemerintah, lanjut dia, hingga saat ini sudah menyalurkan 21 ribu pompa air ke petani dan membangun 300 sumur dangkal dari target 1.000 sumur. Selain itu, pemerintah juga tengah membangun 1.000 embung atau cekungan penampungan air.
?Itu (Rp 1,5 triliun dan Rp 2 triliun) kan dana cadangan saja. Produksi padi mudah-mudahan bisa sesuai angka ramalan BPS (Badan Pusat Statistik). Jadi mudah-mudahan (dana cadangan) nggak usah dipakai,? ujar dia seusai mengikuti rapat koordinasi di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Kamis (6/8).
Direktur Pengadaan Bulog Wahyu menyampaikan, bahwa kemampuan serap Bulog mencapai 15 ribu ton hingga 20 ribu ton per hari. Penyerapan Bulog hingga saat ini sebesar 1,81 juta ton, dan menargetkan hingga 3,5 juta ton pada akhir tahun. Bulog pun memproyeksikan cadangan beras 2 juta ton, dari saat ini yang 1,5 juta ton.
Dengan kemampuan Bulog saat ini, menurut dia, pemerintah tidak perlu tergesa-gesa mencairkan dana cadangan beras Rp 1,5 triliun dan cadangan stabilisasi harga Rp 2 triliun. Meski begitu, dia menyampaikan bahwa dana cadangan beras pemerintah pasti akan dicairkan untuk menambah stok beras hingga 150 ribu ton sampai 200 ribu ton. Dana stabilisasi Rp 2 triliun dapat digunakan bila Presiden Joko Widodo menilai perlu adanya tambahan persediaan beras.
Kalaupun Bulog kesulitan menyerap, lanjut dia, keuangan perusahaan dinilai masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Selain telah mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 3 triliun, Bulog juga mengaku memiliki pembiayaan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) senilai Rp 8 triliun.
?Ada (uang). Di Bulog mah banyak. Untuk komersial saja, kami ada stand by (loan) di BRI Rp 8 triliun. Pengadaan beras public service obligation (PSO) nggak kurang dari Rp 20 triliun. Masih banyak,? tutur dia.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, keputusan untuk mengimpor beras sepenuhnya ada di tangan Presiden. ?Keputusan (menambah) impor itu di Presiden, setelah melihat data-datanya,? tutur Racmat.
Deputi Bidang Statistik BPS Adi Lumaksono mengatakan, dampak El-Nino diperkirakan terasa pada Oktober hingga awal tahun depan. Sementara produksi padi tahun ini diperkirakan mencapai 75,55 juta ton, dan akan berkurang 500 ribu ton karena fenomena kekeringan ini.
Menurut dia, produksi masih akan mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun, sehingga Bulog diharapkan bisa menyerap produksi tersebut , karena cadangan beras yang dibutuhkan hingga akhir tahun bisa mencapai 2 juta ton hingga 2,5 juta ton.
?Cadangan yang ada di Bulog 1,5 juta ton. Padahal nanti di akhir tahun kalau mau aman harus 2 juta ton atau 2,5 juta ton. Itu untuk mengantisipasi (dampak el-nino) hingga awal tahun berikutnya,? tutur dia.