Investor Asing Borong Saham BCA, Lepas Astra

Arief Kamaludin|KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis:
Editor: Arsip
15/9/2014, 17.30 WIB

KATADATA ? Investor asing lebih tertarik dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA), ketimbang PT Astra International Tbk. Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang menjadi acuan investor asing, telah menurunkan bobot Astra dan menaikkan bobot BCA.

(Baca: Geser Astra, BCA Jadi Emiten Berkapitalisasi Terbesar di Bursa)

Laporan The MSCI Indonesia Index, yang dipublikasikan pada 29 Agustus, masih mencatat bobot Astra yang paling tinggi di antara 30 emiten yang masuk dalam MSCI. Astra tercatat masih di posisi pertama dengan bobot 12,16 persen. Sedangkan BCA di posisi dua, dengan bobot 10,95 persen.

Namun dalam waktu kurang dari dua pekan, kondisi ini berbalik. MSCI menaikkan bobot BCA, dan menggeser Astra yang selama bertahun-tahun menduduki posisi pertama. Pada 11 September, bobot BCA sudah mencapai 11,9 persen. Sementara bobot BCA berkurang menjadi hanya 11,59 persen.

Bobot emiten dalam MSCI ini setidaknya berpengaruh pada aktivitas investor asing di pasar modal Indonesia. "MSCI itu memang menjadi acuan investor asing, tapi saya tidak tahu indikator apa yang digunakan oleh MSCI," ujar Kepala Riset Bahana Securities Harry Su, kepada Katadata beberapa waktu lalu.

Dalam dua pekan terakhir bulan ini, investor asing sudah melepas (net sales) saham Astra sebanyak 67,37 juta. Sementara dalam periode yang sama, investor asing memborong (net buy) saham BCA sebanyak 19,11 juta saham.

(Baca: Prospek BCA Lebih Menjanjikan Ketimbang Astra)

Menurut Harry, bobot Astra yang menurun kemungkinan terjadi karena perusahaan ini mengalami banyak masalah. Salah satunya kinerja anak usahanya yang kurang bagus.

Harga komoditas sawit dan tambang yang menurun, mempengaruhi kinerja sektor komoditas Astra, seperti PT United Tracktor Tbk dan Astra Agro Lestari Tbk. Di sektor otomotif, Astra juga banyak berkompetisi dengan perusahaan lain. Belum lagi hambatan kebijakan pemerintah mengenai sektor otomotif seperti kenaikan harga BBM bersubsidi, tarif parkir, dan kebijakan lainnya.

Halaman:
Reporter: Nur Farida Ahniar, Safrezi Fitra