BI: Penerbitan Mata Uang Digital Butuh Kajian Komprehensif

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi. BI tengah mengkaji dampak penerbitan mata uang digital pada sistem pembayaran, makroekonomi, moneter, hingga stabilitas sistem keuangan.
14/4/2021, 17.13 WIB

Bank Indonesia berencana meluncurkan mata uang digital yang akan diedarkan melalui perbankan hingga fintech. Namun, BI menekankan ini merupakan jangka panjang atau multiyears yang membutuhkan kajian komprehensif.  

"Kajian bukan dari sistem pembayaran saja, tetapi dampaknya ke makroekonomi, moneter, dan stabilitas sistem keuangan," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendarta dalam Media Briefing Kesiapan Sistem Pembayaran pada Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1442H, Rabu (14/4).

Ia menjelaskan, CBDC tengah menjadi perbincangan hangat seluruh bank sentral. Namun, Indonesia tak ingin terburu-buru menerbitkannya lantaran ingin menyusul negara lain. 

Saat ini, menurut dia, terdapat dua bank sentral yang telah melakukan implementasi CBDC yakni Bahama dan Kamboja. Sementara bank sentral lain masih dalam tataran penelitian atau eksperimen.

Filianingsih mengatakan, penerbitan CBDC merupakan rencana jangka panjang atau multiyears. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan masih mengkaji implikasi dan dampak mata uang digital tersebut secara makro. 

"Jadi tidak bisa hanya ikut-ikutan karena penggunaannya di setiap negara akan berbeda sesuai dengan kebutuhannya," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria