Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 bmencapai di atas 7%. Terdapat beberapa faktor yang akan mendorong melesatnya angka pertumbuhan ekonomi tersebut.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan, yakni perbaikan ekspor dan investasi nonbangunan. "Sementara dari sisi lapangan usaha, peningkatan terjadi di sejumlah sektor seperti industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi," ujar Perry dalam
Ia menjelaskan, berbagai indikator dini menunjukkan ekonomi terus membaik pada kuartal kedua ini. Hal ini tercermin pada ekspektasi konsumen, penjualan eceran, PMI Manufaktur, serta realisasi ekspor dan impor yang meningkat.
Ekspor Indonesia pada April 2021 mencapai US$ 18,48 miliar. tertinggi sejak Agustus 2011. Nilai ekspor yang tinggi pada bulan lalu tak terlepas dari lonjakan harga komoditas di pasar global dan meningkatnya permintaan dari beberapa negara mitra dagang.
Sementara itu, impor tercatat US$ 16,29 miliar sehingga menyebabkan neraca perdagangan bulan lalu surplus US$ 2,19 miliar.
Perry juga memproyeksikan ekonomi akan tumbuh 6,5% pada kuartal III dan 5,3% pada kuartal IV. Dengan demikian, ekonomi secara keseluruhan tahun ini akan tumbuh 4,1-5,1%.
Pada kuartal pertama tahun ini, ekonomi masih terkontraksi 0,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, kontraksi ekonomi tersebut membaik dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya, terlihat dalam databoks di bawah ini.
Perkiraan yang tak jauh dari pemerintah tersebut, menurut dia, didukung belanja fiskal, pelonggaran stimulus moneter, peningkatan pembiayaan, dan perbaikan konsumsi pemerintah. "Kami akan terus perbarui informasi dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan data terkini," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini melesat 8,3% dibandingkan April-Juni 2020. "Proyeksi kuartal kedua kami adalah dalam rentang antara 7,1% hingga 8,3%," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (24/5).
Sri Mulyani menjelaskan, pemulihan ekonomi terlihat membaik tak hanya dari sisi suplai, tetapi juga permintaan. Konsumsi masyarakat pulih ditopang oleh kenaikan permintaan sejalan momentum Lebaran dan pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang terus berlanjut.
Ia memperkirakan, konsumsi rumah tangga tumbuh 6-6,8%. Konsumsi pemerintah bahkan diprediksi tumbuh 8,1% hingga 9,7% seiring pelaksanaan PEN dan aktivitas pelayanan publik yang lebih normal dibanding periode yang sama tahun lalu.
Bendahara Negara juga memproyeksi investasi melesat 9,4-11,1%, didukung arah ekspansi dunia usaha, serta kelanjutan proyek infrastruktur pemerintah. Sementara ekspor dan impor akan turut terdongkrak oleh pemulihan ekonomi global dan domestik. Ia meramal, ekspor tumbuh 14,9% hingga 19,7%, sedangkan impor tumbuh 13% hinga 19,7% pada April-Juni 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, dia memprediksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini masih akan lebih moderat. Ini karena perekonomian pada kuartal I 2021 yang masih terkontraksi 0,74% lantaran laju Covid-19 masih cukup tinggi. Harapannya, ekonomi semakin pulih pada kuartal III dan IV 2021. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,5-5,3% pada tahun ini.