Investasi menjadi salah satu harapan pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai, Indonesia saat ini masih kredibel sebagai negara tujuan investasi. di tengah Pandemi Covid-19 Hal ini tercermin dari peringkat surat utang yang stabil.
"Negara-negara luar itu masih melihat Indonesia sebagai negara kredibel untuk investasi," ujar Luhut dalam Indonesia Investment Forum 2021, Kamis (27/5).
Luhut mengatakan peringkat utang yang stabil disematkan lembaga internasional seperti Fitch, S&P, dan Moody's. Padahal, ketiga lembaga tersebut menurunkan peringkat utang beberapa negara dunia, termasuk negara maju.
Moody's menurunkan peringkat kredit 17 negara, antara lain Inggris dan Afrika. Fitch memangkas peringkat utang 26 negara, antara lain Italia dan Meksiko. Sementara S&P, memangkas peringkat 19 negara termasuk Meksiko.
Kendati begitu, Luhut mengingatkan perlunya tetap mewaspadai ancaman peningkatan kasus Covid-19. "Kita tetap harus hati-hati karena setelah Lebaran ini kelihatan juga ada peningkatan walau tak seperti yang dibayangkan," ujar dia.
Luhut mengatakan, setidaknya masih ada dua pekan yang perlu diwaspadai untuk melihat dampak Lebaran terhadap kenaikan Kasus Covid-19. Namun, menurut dia, strategi pemerintah dalam mengendalikan kasus cukup mumpuni terutama seiring lebih banyaknya masyarakat yang sudah divaksin.
Sebelumnya, S&P mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada posisi BBB outlook negatif. Kementerian Keuangan mengatakan, ini merupakan pengakuan stakeholder internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi Indonesia di tengah Covid-19. "Indonesia dinilai mampu menjaga kondisi perekonomian tetap stabil di tengah tekanan kondisi eksternal dan fiskal akibat Covid-19," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari dalam keterangan tertulis, Jumat (23/4).
Dia menjelaskan, S&P menekankan pada prospek pertumbuhan ekonomi yang solid dan rekam jejak pengelolaan disiplin fiskal yang baik. Selain itu, langkah komprehensif pemerintah dalam penanganan pandemi corona dianggap mampu meredam dampak sosio-ekonomi yang lebih dalam.
S&P memproyeksikan ekonomi Indonesia pulih dan tumbuh 4,5% tahun ini dan 5,4% pada 2022. Namun, lembaga ini menggarisbawahi laju pemulihan ekonomi Indonesia akan bergantung pada kecepatan dan efektivitas program vaksinasi. Kebijakan pengendalian pandemi secara global juga memengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia, terutama terkait sektor berorientasi ekspor dan pariwisata.
Dalam jangka menengah, S&P optimistis tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di atas rata-rata negara peers. Potensi ini didorong reformasi struktural melalui pengesahan Undang-undang atau UU Cipta Kerja.
Bank Pembangunan Asia atau ADB sebelumnya juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,5% pada tahun ini dan 5% pada tahun depan.