Laporan terbaru Oxfam menunjukkan 1% orang terkaya di dunia telah menciptakan hampir dua pertiga kekayaan baru yang dihasilkan dunia sejak 2020. Total kekayaan baru yang tercipta dalam dua tahun terakhir itu mencapai US$ 42 triliun atau Rp 609 kuadriliun dengan asumsi kurs Rp 14.500 per dolar AS.
Laporan bertajuk "Survival of Richest" ini dirilis Oxfam dalam pembukaan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss pada Senin (16/1) waktu setempat. Para elite berkumpul di resor ski Swiss saat kekayaan ekstrem dan kemiskinan ekstrem meningkat secara bersamaan untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir.
Kekayaan baru yang diciptakan "crazy rich" ini meningkat lebih pesat dalam dua tahun terakhir. Menurut laporan tersebut, 1% orang terkaya menciptakan setengah kekayaan baru dunia dalam satu dekade terakhir. .
“Sementara orang biasa berkorban setiap hari untuk hal-hal penting seperti makanan, orang super kaya bahkan telah sangat jauh melampaui. Dekade ini menjadi waktu terbaik untuk para miliarder." ujar Gabriela Bucher, Direktur Eksekutif Oxfam International seperti dikutip dari situsnya, Selasa (17/1).
Para miliarder mencatatkan peningkatan yang luar biasa pada kekayaan mereka. Selama pandemi dan krisis biaya hidup di seluruh dunia sejak 2020, kekayaan para miliarder justru meningkat US$ 26 triliun atau Rp 377 kuadriliun. Itu mencakup 63% kekayaan yang diciptakan dunia.
Seorang miliarder bahkan menghasilkan sekitar US$1,7 juta untuk setiap US$1 kekayaan global baru yang diperoleh seseorang di 90% kelompok kekauaan terbawah. Kekayaan para miliarder telah meningkat sebesar US$2,7 miliar atau Rp 39 triliun per hari. Ini berada di atass pencapaian selama satu dekade, di mana kekayaan miliarder telah berlipat ganda selama sepuluh tahun terakhir.
Menurut Oxfam, kekayaan miliader pada 2022 meningkat seiring harga makanan dan energi yang meningkat. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 95 perusahaan makanan dan energi menghasilkan keuntungan lebih dari dua kali lipat pada 2022. Mereka menghasilkan US$306 miliar keuntungan tak terduga dan membayar US$257 miliar kepada pemegang sahamnya.
Dinasti Walton, yang memiliki setengah dari Walmart menghasilkan keuntungan US$8,5 miliar selama setahun terakhir. Miliarder India Gautam Adani, pemilik perusahaan energi besar, juga mengalami lonjakan kekayaan hingga US$42 miliar. Kenaikan laba perusahaan-perusahaan tersebut telah mendorong setidaknya setengah dari inflasi di Australia, AS, dan Inggris.
Pada saat yang sama, setidaknya 1,7 miliar pekerja sekarang tinggal di negara-negara di mana inflasi melebihi kenaikan upah. Lebih dari 820 juta orang atau kira-kira satu dari sepuluh orang di Bumi mengalami kelaparan. Perempuan dan anak perempuan sering kali makan paling sedikit.
Bank Dunia mengatakan dunia kemungkinan saat ini melihat peningkatan terbesar kesenjangan dan kemiskinan global sejak perang dunia kedua. Banyak negara menghadapi kebangkrutan, dengan negara-negara termiskin sekarang menghabiskan empat kali lebih banyak untuk membayar utang kepada kreditor kaya daripada untuk perawatan kesehatan.