Bank Sentral Swiss menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamis (23/30) menjadi 1,5%. Kenaikan suku bunga tetap ditempuh bank sentral untuk mengendalikan inflasi di tengah gejolak di sistem perbankan negara itu akibat masalah pada bank sistemik global Credit Suisse.
"Pengetatan moneter tambahan telah diberlakukan untuk melawan "peningkatan baru dalam tekanan inflasi," demikian pernyataan bank sentral dalam siaran pers, seperti dikutip Jumat (24/3).
Ini adalah kenaikan suku bunga keempat berturut-turut yang ditempuh bank sentral Swiss untuk menekan inflasi. Bank sentral juga mengatakan bahwa masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk memastikan stabilitas harga dalam jangka menengah.
Berdasarkan perkiraan Bank Sentral Swiss, inflasi tahunan rata-rata di negara tersebut mencapai 2,6% pada 2023 dan 2% pada 2024 dan 2025,. Kenaikan suku bunga yang baru ditempuh karena inflasi domestik tetap jauh di atas target Bank Nasional Swiss antara 0% dan 2%.
Inflasi Swiss naik menjadi 3,4% pada Februari secara tahunan, melebihi ekspektasi analis. Namun, harga konsumen hanya sebagian kecil dari tingkat inflasi yang meningkat di negara tetangga Eropa itu.
Suku bunga negara pertama kali keluar dari wilayah negatif pada bulan September, dengan bank sentral Swiss mengejutkan pasar pada bulan Juni ketika menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2007.
Bank Nasional Swiss telah mengisyaratkan akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut jika tekanan inflasi berlanjut.
“Tidak dapat dikesampingkan bahwa kenaikan tambahan dalam tingkat kebijakan suku bunga akan diperlukan untuk memastikan stabilitas harga dalam jangka menengah,” demikian pernyataan siaran pers dari bank sentral Swiss pada bulan Desember.
Bank Nasional Swiss telah menjadi sorotan global pada minggu lalu setelah setuju untuk memberikan jaminan kepada swiss Credit Suisse hingga 50 miliar franc Swiss ($53,68 miliar). Saham Credit Suisse anjlok terimbas kejatuhan tiga banki di AS dan berita bahwa investor terbesarnya, Saudi National Bank, tidak akan memberikan bantuan keuangan lebih lanjut.
Bank raksasa asal Swiss, UBS kini telah sepakat untuk membeli Credit Suisse senilai 3 miliar franc atau setara Rp 49,75 triliun.
Kesepakatan yang dibuat atas desakan regulator keuangan Swiss ini bertujuan mencegah kejatuhan credit suisse yang dapat mengancam sistem perbankan global.
“Dengan pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS, sebuah solusi telah ditemukan untuk mengamankan stabilitas keuangan dan melindungi ekonomi Swiss yang berada dalam situasi luar biasa ini,” demikian pernyataan dari Bank Nasional Swiss, seperti dikutip dari CNBC (20/3).
Dalam pernyataan tersebut dijelaskan bahwa bank sentral bekerja sama dengan pemerintah Swiss dan Otoritas Pengawas Pasar Keuangan Swiss untuk menggabungkan kedua bank terbesar di negara itu. Ketentuan kesepakatan akan membuat pemegang saham Credit Suisse menerima 1 saham UBS untuk setiap 22,48 saham Credit Suisse yang mereka miliki.
“Akuisisi ini menarik bagi pemegang saham UBS tetapi, mari diperjelas bahwa sejauh menyangkut Credit Suisse, ini adalah penyelamatan darurat. Kami telah menyusun transaksi yang akan mempertahankan nilai yang tersisa dalam bisnis sambil membatasi eksposur penurunan kami, ”kata Ketua UBS Colm Kelleher dalam sebuah pernyataan.
UBS mencatat, bank hasil merger akan memiliki aset mencapai US$ 5 triliun. “Kami berkomitmen untuk membuat kesepakatan ini sukses besar. Tidak ada pilihan dalam hal ini, ”kata Kelleher ketika ditanya dalam konferensi pers apakah masih ada kemungkinan keduanya mundur dari kesepakatan tersebut.
Menurut dia, kesepakatan ini sangat penting untuk struktur keuangan Swiss dan sistem keuangan global. Bank Nasional Swiss menjanjikan pinjaman hingga 100 miliar franc Swiss atau US$ 108 miliar untuk mendukung pengambilalihan tersebut. Pemerintah Swiss juga memberikan jaminan untuk menanggung kerugian hingga 9 miliar franc Swiss dari aset tertentu di atas ambang batas yang telah ditentukan untuk mengurangi risiko apa pun bagi UBS.