Ekspor Anjlok 9% pada Semester I, Efek Jebloknya Harga Komoditas
Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor sepanjang semester pertama tahun ini mencapai US$ 128,66 miliar, turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja ekspor yang jeblok seiring harga sejumlah komoditas utama Indonesia yang turun sepanjang paruh pertama tahun ini.
Sekretaris Uyama BPS Atqo Mardiyanto menjelaskan, penurunan ekspor pada Januari-Juni 2023 terutama terjadi pada komoditas nonmigas yang mencapai 9,32% menjadi US$ 120,82 miliar. Sementara ekspor migas turun 1,28% menjadi US$7,84 miliar.
“Penurunan terbesar terjadi pada industri Pengolahan sebesar 10,19%,” ujar Atqo dalam konferensi pers, Senin (17/7).
Ia menjelaskan, penurunan yang signifikan juga terjadi pada sektor pertambangan dan lainnya sebesar 6,72% menjadi US$ 27,21 miliar dan sektor pertanian, kehutanan, perikanan sebesar 3,41%.
Kinerja ekspor terutama melemah pada bulan lalu. Ekspor pada Juni tercatat sebesar US$ 20,61 miliar, turun 5,08% dibandingkan bulan sebelumnya atau anjlok 21,18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ia menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kinerja ekspor bulan lalu. Penurunan ekspor pada bulan lalu terjadi pada sektor migas dan nonmigas secara tahunan dan bulanan. Ekspor migas bulan lalu tercatat turun 3,64% secara bulanan menjadi US$ 1,26 miliar, sedangkan ekspor nonmigas turun 5,17% menjadi US$ 19,34 miliar.
Penurunan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh anjloknya ekspor di sektor pertambangan yang mencapai 15,3% secara bulanan dan 37,49% secara tahunan.
Berikut catatan BPS terkait harga komoditas yang anjlok pada bulan lalu:
- Minyak kelapa sawit : US$ 817/mt, turun 12,54% mtm atau 45,58% yoy
- Batu bara : US$ 139,4/mt, turun 13,12% mtm atau 62,73% yoy
- Bijih besi : US$ 113,5/dmtu, naik 7,89% mtm tetap turun 13,22% yoy
- Nikel : US$ 21,2/mt, turun 3,36% mtm atau 17,25% yoy
- Gas alam: US$ 2,2 /mmbtu, naik 1,72% mtm tetapi turun 71,55% yoy
- Minyak mentah : US$ 73,3/bbl, turun 1,16% mtm atau 73,3% yoy