Boeing Rugi Rp 6,2 T pada Kuartal Pertama 2024, Apa Pemicunya?

Instagram @boeing
Ilustrasi. Penurunan pendapatan Boeing secara tahunan disebabkan oleh menurunnya produksi sebesar 41% secara tahunan.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
26/4/2024, 12.42 WIB

Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing mencatatkan rugi operasional mencapai US$ 388 juta atau setara Rp 6,2 triliun pada kuartal pertama tahun ini, turun dibandingkan tahun lalu US$ 440 juta. 

Mengutip Reuters, kerugian operasional terjadi seiring penurunan pendapatan perusahaan yang mencapai 7,25% menjadi US$ 16,57 miliar. Meski turun secara tahunan, capaian tersebut melampaui ekspektasi sebesar US$ 16,23 miliar. 

Penurunan pendapatan secara tahunan disebabkan oleh menurunnya produksi sebesar 41% secara tahunan. Kondisi tersebut diperburuk dengan pembayaran kompensasi ke maskapai di seluruh dunia akibat ditahannya pesawat Boeing jenis B-737 MAX 9 pada Maret 2024.

B-737 MAX 9 dilarang terbang di Amerika Serikat lantaran lepasnya pintu darurat dalam penerbangan Alaska Airlines. Boeing harus membayarkan kompensasi senilai US$ 160 juta ke maskapai tersebut.

CFO Boeing Brian West mengatakan, biaya operasi atau cash burn pada  kuartal kedua masih akan cukup besar  secara kuartalan. Ia mendata, total cash burn pada kuartal pertama senilai US$ 3,93 miliar.

"Kondisi ini bisa lebih buruk. Perusahaan masih menghadapi beberapa tantangan serius, walaupun kerugian dan arus kas keluar tidak seburuk perkiraan," kata West seperti dikutip dari Reuters Jumat (26/4).

Lepasnya pintu darurat B-737 MAX 9 terjadi pada 5 Januari 2024. US Federal Aviation Administration atau FAA membatasi produksi B-737 MAX dan memberikan Boeing waktu selama 90 hari untuk mengembangkan rencana komprehensif untuk meningkatkan pengendalian kualitas.

Kebijakan FAA tersebut akhirnya membuat produksi B-737 MAX anjlok lantaran regulator melakukan inspeksi produksi. CEO Boeing Dave Calhoun mengatakan produksi Boeing akan tetap sporadis pada kuartal kedua 2024.

Calhoun menjelaskan penurunan produktivita disebabkan oleh pengembangan rencana untuk mengawasi sistem produksi perusahaan. Calhoun berkomitmen tidak akan meningkatkan produktivitas hingga sistem produksi terkendali.

"Tenggat waktu pengembangan rencana pengawasan tidak seperti tongkat sihir dan kami dapat memproduksi 28 sampai 40 pesawat per bulan," kata Calhoun.

Di sisi lain, Calhoun tetap menargetkan akuisisi Spirit AeroSystem rampung pada kuartal kedua tahun ini. Untuk diketahui, Spirit sebelumnya merupakan aset Boeing yang diinvestasikan ke Kanada Onex pada Februari 2005.

Calhoun mengatakan proses akuisisi sejauh ini masih dalam proses pendiskusian harga dengan salah satu pelanggan Spirit, yakni Airbus. Walau demikian, Calhoun mengakui pihaknya dapat tetap melakukan akuisisi tanpa ada pertimbangan dari sisi Airbus.

"Kami tidak disandera dalam proses akuisisi ini," katanya.

Reporter: Andi M. Arief