DBS Proyeksikan Pertumbuhan Indonesia Melambat di Semester Kedua 2024

Dok DBS
DBS Group memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni 4,9% sampai 5% sampai akhir 2024
6/8/2024, 14.03 WIB

DBS Group memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni 4,9% sampai 5% sampai akhir 2024 Dari proyeksi ini, Ekonom Senior DBS Bank Radhika Rao melihat adanya perlambatan pertumbuhan di Indonesia pada semester kedua tahun ini karena minimnya faktor pendorong dibandingkan sebelumnya, seperti Idulfitri dan Pemilu. 

Ekonom Senior DBS Bank Radhika Rao Lima mengatakan, ada beberapa strategi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Apalagi, Presiden terpilih  Prabowo Subianto optimistis pertumbuhan ekonomi bisa melejit 8% secara signifikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. 

Pertama, investasi di sektor manufaktur untuk mengembangkan pertumbuhan pembangunan. Radhika menilai Indonesia dapat memulai investasi yang dapat memanfaatkan sumber daya alam atau SDA, seperti hilirisasi. ''Saya berharap Indonesia bisa masuk investasi ke sektor manufaktur,'' katanya di Jakarta, Selasa (6/8). 

Kedua, Indonesia bisa menggenjot nvestasi di bidang sumber daya manusia. Radhika menjelaskan investasi ini untuk mendukung produktivitas misalnya saja  pendidikan hingga kesehatan. Dengan investasi ini, SDM bisa memiliki kemampuan untuk bersaing dan mudah untuk diserap oleh lapangan pekerjaan. Pasalnya, Indonesia memiliki populasi yang besar. 

''Kemajuan SDM bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 6% sampai dengan 7%," tuturnya. 

Ketiga, pemerintah Indonesia harus gencar berinvestasi di sektor lain yang menjanjikan selain sektor manufaktur. Menurutnya hal ini menjadi sentimen positif sehingga sektor swasta berkeinginan dan percaya untuk berinvestasi. 

Sementara itu, Rhadika juga menjelaskan terkait dengan lima peluang untuk mempercepat pertumbuhan di kawasan SEA-6 ini. Kawasan SEA-6 adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand,, dan Vietnam.

Menurutnya kawasan ini perlu mengadopsi strategi untuk mengalihkan sumber daya dan membuat perubahan kebijakan yang berani. 

1. Berinvestasi di sektor-sektor pertumbuhan baru
Sebagai kawasan yang fokus pada kegiatan ekspor. SEA-6 memiliki infrastruktur, koneksi dengan perusahaan multinasional, dan dukungan pemerintah yang diperlukan untuk mengembangkan sektor-sektor baru dengan potensi pertumbuhan tinggi.

Kawasan ini dapat memperoleh keunggulan kompetitif dengan memprioritaskan sektor-sektor masa depan yang sesuai dengan klaster, kemampuan tenaga kerja, dan sumber daya yang sudah terbentuk.

2. Mengembangkan Disruptor Berbasis Teknologi atau TED
Meskipun Asia Tenggara cukup memproteksi layanan domestiknya, produktivitas dan inovasi layanan di kawasan ini pun secara historis tertinggal dari pasar domestik yang lebih besar, seperti Amerika Serikat, India, dan Cina.

Kabar baiknya, kemunculan TED telah memicu investasi, inovasi, dan pertumbuhan produktivitas di sektor jasa. Hal ini akan mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi secara keseluruhan.

Nilai total kesepakatan investasi teknologi swasta di kawasan SEA-6 melampaui India pada tahun 2022.  Singapura dan Indonesia sebagai dua negara terbesar penerima investasi teknologi swasta. Kawasan ini juga mengalami peningkatan jumlah unicorn sebesar 170% dari tahun 2017 hingga 2022.

3. Memperkuat pasar modal dan memperluas investasi
Menurut Radhika, Singapura, Malaysia, dan Thailand unggul dalam hal ini dengan berbagai alasan. Bahkan, mereka memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Cina dan India.

Ia mengatakan, Asia Tenggara harus mengembangkan sektor perbankan, asuransi, ekuitas swasta, modal ventura, dan pinjaman mikro untuk menarik investasi dan memastikan alokasi modal yang efisien. Selain itu, Asia Tenggara harus meningkatkan partisipasi rumah tangga di pasar keuangan untuk memanfaatkan modal domestik secara efektif dan mencapai manfaat berganda yang signifikan.

4. Mempercepat transisi hijau
Kawasan SEA-6 memiliki posisi yang baik untuk menghasilkan energi dengan biaya rendah dikarenakan sumber daya alamnya yang melimpah. Seperti memiliki lebih dari 30.000 giga watt (GW) potensi tenaga surya dan potensi angin lepas pantai yang besar di Filipina dan Vietnam.

Negara-negara ini harus secara agresif mengejar transisi hijau untuk memenuhi tujuan iklimnya dan meningkatkan ketersediaan energi hijau terbarukan serta sumber pendapatan melalui upaya untuk mengembangkan sektor-sektor hijau yang sedang berkembang.

5. Merangkul inisiatif multilateral
Jika dilihat dari segi kelembagaan dan keragamannya, Kawasan SEA-6 tidak dapat diperlakukan sebagai satu pasar. Meskipun demikian, terdapat inisiatif multilateral yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan kolektif kawasan ini.

SEA-6 perlu mengupayakan integrasi ekonomi untuk memastikan adanya kebebasan perpindahan penduduk, modal, dan barang, serta menyelaraskan lanskap digital untuk mendorong perdagangan dan inovasi lintas batas, sekaligus mendorong transisi hijau untuk memastikan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail