Indonesia mengalami penurunan harga barang dan jasa atau deflasi selama lima bulan berturut-turut. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan deflasi lima bulan berturut-turut merupakan hasil dari upaya pemerintah mengontrol harga, bukan disebabkan lesunya perekonomian.
Menurut Airlangga, deflasi sejak Mei 2024 bukan karena penurunan permintaan. Inflasi inti tetap tumbuh pada Januari-September 2024.
Kalau inflasi inti tumbuh, berarti perekonomian tumbuh. Pemerintah memerangi volatile food yang akhirnya membuat adanya deflasi," kata Airlangga di Menara Kadin, Rabu (2/10).
Badan Pusat Statistik mendata deflasi secara bulanan pada September 2024 mencapai 0,12% dan inflasi secara tahunan sebesar 1,84%. Namun, inflasi inti konsisten ada dalam tren pertumbuhan sejak awal tahun lalu dan sebesar 0,16% secara tahunan pada September 2024.
Di sisi lain, harga pangan yang bergejolak atau volatile food tercatat deflasi 1,34% pada bulan lalu. Komponen tersebut berkontribusi sebesar 0,21% pada deflasi per September 2024.
Harga pangan yang mengalami penurunan dan menjadi penyumbang deflasi, terutama yakni cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, daun bawang, kentang, dan wortel.
Airlangga mengatakan, pengendalian volatile food dilakukan dengan mengoperasikan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah. Menurutnya, tim tersebut berhasil menekan harga volatile food akibat intervensi hingga ke tingkat daerah.
Salah satu strategi yang disoroti Airlangga adalah mengumumkan provinsi dengan inflasi tertinggi. Airlangga mencatat Gubernur Gorontalo bahkan telah diganti tiga kali akibat tidak bisa menjaga inflasi di Gorontalo.
"Penggantian gubernur bisa dilakukan pemerintah pusat mumpung belum Pemilihan Kepala Daerah. Ini bisa dilakukan supaya kepala daerah betul-betul serius memerangi inflasi," katanya.
Karena itu Airlangga menyimpulkan deflasi yang terjadi pada Mei-September 2024 disebabkan oleh usaha lebih pemerintah. Airlangga menekankan perekonomian akan aman selama inflasi terjaga di level 2,5% plus-minus 1%.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya menilai deflasi beruntun tidak menandakan pelemahan ekonomi. Deputi Gubernur BI Juda Agung justru menilai inflasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sangat stabil sekitar 2%.
“Itu inflasi masih di dalam kisaran BI. Kami tidak melihat itu sebuah pelemahan dalam perekonomian,” kata Juda di Gedung BI, Rabu (2/10).