1 Tahun Prabowo-Gibran, Pengusaha Khawatirkan Tingginya Angka Pengangguran

ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/bar
Penjaga stan perusahaan memberikan informasi kepada pencari kerja dalam acara Job Fair Kota Pekalongan 2025 di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (27/8/2025).
Penulis: Rahayu Subekti
21/10/2025, 19.59 WIB

Kalangan pengusaha Tanah Air  menyampaikan kekhawatirannya di tengah momen masa satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar mengatakan persoalan pemutusan hubungan kerja menjadi kekhawatiran tersendiri.

“Pengusaha besar itu mereka sangat khawatir dengan situasi kondisi sekarang ini, dimana marak terjadi pemutusan hubungan kerja dan sebagainya. Itu sebagai satu lingkaran karena nggak kompetitif dan sebagainya,” kata Sanny dalam acara Katadata Policy Dialogue: Satu Tahun Prabowo-Gibran di Jakarta, Selasa (21/10).

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat, jumlah PHK hingga Juni 2025 mencapai 42.385 orang. Jumlah ini naik 32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Karena kita semakin melihat ke arah sini, dengan semakin tingginya pengangguran dan sebagainya, akhirnya timbulkan gangguan-gangguan hidup,” ujar Sanny.

Dengan banyaknya masyarakat yang terkendala dalam kemampuan ekonominya maka berdampak dengan minat usaha. Menurutnya, banyak pengusaha yang mengurungkan rencananya untuk memulai kegiatan usaha dalam kondisi saat ini.

Butuh Sektor Industri Baru dan Perbaikan Data

Sanny mengakui saat ini banyak industri yang sudah minim penyerapan tenaga kerja karena mengandalkan digitalisasi dan robotik. Ia menilai, saat ini memang dibutuhkan pertumbuhan sektor industri baru.

“Kita nggak bisa mengharapkan memang penyerapan tenaga kerja zaman-zaman dulu waktu industri tekstil, garmen, alas kaki kita masih jaya. Sekarang kompetisinya sudah luar biasa,” kata Sanny.

Ia juga menyoroti soal perbaikan data yang dimiliki pemerintah. Menurutnya, simpang siurnya data merupakan suatu kendala.

“Berapa tenaga kerja kita yang bekerja dan menganggur. Berapa yang di sektor informal. Begitu juga dengan definisi yang dipakai untuk orang yang dianggap bekerja, karena ada orang yang dalam seminggu bekerja satu jam dianggap bekerja,” ujar Sanny.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Rahayu Subekti