Foto: Bara dan Asap Menyapu Sebagian Australia

ANTARA FOTO/REUTERS/Tracey Nearmy
Penulis: Arief Kamaludin
8/1/2020, 20.05 WIB

Kebakaran hutan dan lahan di Australia sejak awal September 2019 melenyapkan ratusan rumah, lebih dari lima juta hektare hutan dan lahan pertanian hangus, dan sedikitnya 24 orang tewas.

Hari ini, misalnya, kabut asap dari kebakaran di New South Wales menyelimuti pusat bisnis dan keuangan Sydney. Tiga hari sebelumnya, gumpalan asap tebal meninggi dari kebakaran di Pantai East Gippsland, Victoria. Di hari yang sama, langit berwarna merah terlihat saat api melahap hutan di dekat kota Mallacoota, Victoria. Sementara Senin sebelumnya, asap membubung akibat kebakaran hutan di Bairnsdale, Victoria.

Negara benua itu memang akrab dengan kebakaran hutan. Karena itu, mereka mengenal manajemen kebakaran hutan dan pentingnya kebakaran dalam meregenerasi tanah. Masyarakat adat telah lama mengetahui pentingnya manajemen kebakaran dan bagaimana hal itu berkontribusi terhadap kesehatan ekosistem.

(Baca: BNPB Habiskan Rp 6,7 T untuk Penanganan Bencana, Karhutla Paling Besar)

Di sana, kebakaran hutan menjadi ancaman yang dipahami dengan baik. Namun api yang sekarang membakar seluruh negeri digambarkan sebagai kebakaran yang “belum pernah terjadi sebelumnya” dari segi keganasan dan skalanya.

Penyebabnya begitu kompleks. Kebakaran karena beberapa sebab, dari rokok yang dibuang sembarangan hingga sambaran petir yang menyebabkan pembakaran. Namun, hal itu juga didukung beberapa faktor lain, seperti kurangnya hujan dan kelembaban tanah yang rendah.