Raungan mesin diesel kapal katinting memecah kesunyian. Tim pemasangan kalung sistem pemosisian global (GPS collar) menyusuri kanal menuju lokasi dua kelompok Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar. Kawanan gajah ini sering melintas di area konsesi perkebunan Hutan Tanaman Industri di Simpang Heran, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Tim terdiri dari personel BKSDA Sumatera Selatan, Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Jejaring Hutan Satwa (PJHS), dokter hewan, mahout (pawang) dan penembak bius yang sudah berpengalaman. Mereka terus bergerak mendekati kawanan gajah tersebut.
Pemasangan GPS collar di kantong habitat Sugihan-Simpang Heran yang berada di area konsesi mitra pemasok APP Sinar Mas, PT Bumi Andalas Permai. Di dalam kawasan yang ditumbuhi tanaman akasia dan eukaliptus tersebut terdapat tiga kelompok gajah. Namun, kali ini, pemasangan GPS collar hanya untuk dua ekor gajah yang hidup di dua kelompok.
Kedua Gajah Sumatera betina tersebut diberi nama Meilani (40 tahun) dengan berat 2.812 kilogram dan Meisi (30 tahun) dengan berat 2.545 kg. Selain memasang GPS Collar, tim mengukur lingkar badan, lingkar kaki, termasuk pengambilan sampel darah pada kedua gajah tersebut.
Kedua gajah betina ini dinilai syarat untuk dipasangi GPS Collar karena sudah berusia lebih dari 25 tahun, tidak dalam kondisi mengandung, dan menjadi gajah dominan di kelompoknya. Pemasangan GPS Collar ini untuk memantau pergerakan kelompok Gajah Sumatera sebagai upaya mitigasi konflik antara manusia dan satwa dilindungi. Kawanan gajah tersebut merupakan kelompok yang pernah berkonflik dengan manusia pada Rabu (4/5/2020) lalu.
Pemetaan gerak jelajah gajah sangat diperlukan untuk mendeteksi kebiasaan gajah dalam menjelajahi wilayahnya. "Biasanya kelompok gajah akan melewati jalur yang sama ketika menjelajahi sebuah wilayah," kata Kepala BKSDA Sumatera Selatan Ujang Wisnu Barata.
Ketika kelompok gajah itu masuk ke permukiman, warga bisa mendapatkan peringatan dini dari pihak berwenang agar lebih waspada dan menyiapkan diri. "Dengan begitu konflik antara manusia dan gajah bisa diminimalisasi," katanya.
Namun pemasangan GPS collar tersebut bukan untuk menyelesaikan konflik. "GPS collar bukan remot untuk mengendalikan gajah. Tapi untuk memberikan early warning kepada masyarakat," ujar Ketua Forum Komunikasi Mahout Indonesia Nazaruddin.
Foto dan teks: Nova Wahyudi