Foto: Fenomena Citayam Fashion Week, dari Ruang Publik untuk Publik

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Editor: Sorta Tobing
23/7/2022, 13.00 WIB

Fenomena Citayam Fashion Week (CFW) menjadi sorotan di berbagai media. Tren ini bermula dari unggahan para konten kreator di TikTok yang mewawancarai muda-mudi dengan pakaian nyentrik di wilayah Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Kehadiran mereka lalu mengundang remaja lain turut berdatangan dari berbagai daerah pinggiran Jakarta, seperti Citayam, Bojong Gede, Depok, Bekasi, Cikarang hingga Tangerang.

Kawasan Dukuh Atas yang berada di dekat jantung kota menjadi spot pilihan anak-anak remaja ini sebagai ruang untuk bercengkrama, dan berkenalan. Mereka juga unjuk  eksistensi diri masing-masing. Jarak yang jauh tidak menjadi kendala bagi mereka untuk nongkrong di Kawasan Dukuh Atas.

Ecky Pratama alias Eky (18) salah satu remaja asal Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat rutin datang ke Dukuh Atas. Ia bersama teman-temannya nongkrong di sana untuk  mencari hiburan. Perjalanan yang memakan waktu,  tidak menjadi masalah baginya, "Perjalanan dari Cikarang menuju Sudirman biasa kami tempuh sekitar dua jam. Biayanya Rp.10 ribu saja, sudah termasuk ongkos pulang-pergi," katanya.

Transportasi publik di kawasan itu lengkap. Mulai dari MRT, KRL, hingga jalur TransJakarta. Kawasan Dukuh Atas menjadi konektivitas bagi semua orang dari berbagai kalangan untuk saling berinteraksi di fasilitas publik.

Tidak hanya mereka yang tinggal di Jakarta saja, tetapi juga untuk para remaja dari Sawangan, Citayam, Bojong Gede, dan Depok (SCBD). Kondisi ini juga menunjukkan konektivitas Jakarta yang semakin membaik.

Namun, hal ini mengundang pertanyaan juga. Bagaimana ruang publik di wilayah tempat mereka tinggal?

Ecky yang lahir dan besar di kawasan industri merasakan betul minimnya ruang publik di lingkungannya. “Kami biasa main ke Sentra Grosir Cikarang (SGC) untuk nonton atau karaoke. Itupun kalo ada duit," ucapnya.

Fenomena ini memang tak lepas dari upaya kota Jakarta terus mempercantik diri melalui perbaikan ruang yang instagramable,  seperti taman, trotoar luas, dan jembatan penyeberangan. Selain itu, kemudahan akses transportasi dan kebutuhan membuat konten media sosial menjadi salah satu pemicu kemunculan CFW. Ketiga hal inilah yang kemudian menjadi magnet hadirnya subkultur baru di Ibu Kota.

Setelah banyak disorot di media, muncul artis-artis ternama, tokoh politik, hingga berbagai macam merek fashion yang memanfaatkan kawasan Dukuh Atas. Mereka membuat konten media sosial dan mempromosikan produk masing-masing.

"Aku sekarang bingung kalau ke sini. Semuanya orang gede isinya. Jadi susah kalo janjian,”  kata Nazwa Desita Maharani (14), siswi sekolah menengah pertama (SMP) yang datang dari Ancol, Jakarta Utara.

Beberapa anak lainnya juga mengeluhkan hal yang sama. Irgi Susanto (16) asal Citayam kerap kawalahan ketika dirinya harus memenuhi panggilan orang-orang dewasa untuk kebutuhan konten. “Sekarang enggak asyik, enggak bisa main-main kaya dulu soalnya rame banget,” ucapnya.