Indonesia mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" dalam Presidensi G-20 yang akan digelar 30 Oktober 2022. Melalui tema tersebut, Presiden Joko Widodo hendak menyampaikan pesan mengenai pentingnya fokus dalam mempercepat terwujudnya transformasi digital di bidang perekonomian, energi terbarukan, layanan kesehatan inklusif berskala global, serta upaya pemulihan dari dampak pandemi. Teknologi 5G menjadi kunci untuk mewujudkannya.
Kondisi saat ini memaksa kita agar tetap berada di rumah, melakukan kegiatan dengan menjaga jarak, dan bahkan bekerja dari rumah. Transformasi digital diupayakan terwujud dalam waktu sekejap di seluruh lini industri melalui pengembangan teknologi digital.
Imbasnya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Inovasi digital mutlak diperlukan untuk mendorong upaya pemulihan sosial ekonomi serta pertumbuhan di masa depan.
Teknologi 5G menjadi infrastruktur pilar dalam digitalisasi industri. Manfaat 5G telah dirasakan di berbagai bidang industri, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, logistik, hingga manufaktur. Sektor industri kini juga terus digenjot untuk mewujudkan digitalisasi melalui 5G dan komputasi awan (cloud).
5G mampu menghadirkan bandwidth dan keandalan yang jauh lebih tinggi, dengan tingkat latensi yang rendah. Jika 4G berhasil menghadirkan memiliki keandalan tinggi dalam menjalin konektivitas, teknologi 5G bahkan mampu menghadirkan skalabilitas, tingkat keamanan, serta efisiensi yang jauh lebih tinggi.
Adopsi 5G akan menjadi motor penggerak utama bagi bisnis dalam mengoptimalkan seluruh kapabilitas teknologi canggih berbasis data, seperti Internet of Thing (IoT), Artificial Intelligence (AI), hingga machine learning.
Presiden Joko Widodo berulang kali menekankan potensi luar biasa perekonomian digital Indonesia. Industri ini mencatat pertumbuhan di tahun 2019 hingga 2021 mencapai US$40 miliar, US$47 miliar, serta US$70 miliar.
“Diperkirakan nanti di 2025, [perekonomian digital Indonesia] jadi US$ 146 miliar, sangat besar sekali,” demikian disampaikan oleh Presiden di akhir tahun lalu.
Sementara itu, PDB Indonesia mencapai lebih dari US$ 1 triliun, menjadikannya sebagai negara dengan perekonomian terbesar di kawasan regional. Pertumbuhan ekonomi terus melaju, terlebih dengan dijadikannya transformasi digital sebagai prioritas nasional.
Kontributor utamanya adalah sektor industri manufaktur, pertanian, perdagangan, konstruksi, serta pertambangan dengan total kontribusi sebesar 64,85% dari total PDB Indonesia di kuartal kedua 2021.
Sektor manufaktur yang menjadi pilar utama perekonomian Indonesia, juga perlu segera memacu diri dalam memanfaatkan teknologi, seperti 5G dan komputasi awan. Ini penting dilakukan agar mampu melakukan perampingan sekaligus bertransisi menuju Industri 4.0.
Sektor manufaktur bisa memanfaatkan teknologi dan solusi yang didukung 5G, seperti proses kontrol manufaktur cerdas maupun machine vision, yang mampu memangkas biaya operasional, meningkatkan efisiensi produksi dan keamanan.
Sebagai negara yang kaya sumber daya alam, pemanfaatan 5G di industri pertambangan di Indonesia membawa sebuah terobosan baru. Teknologi 5G mendukung diterapkannya proses pertambangan jarak jauh, yang salah satunya mampu menekan jumlah manusia yang dipekerjakan di lokasi-lokasi berbahaya. Pemanfaatan teknologi ini mendukung dibangunnya sebuah lingkungan kerja yang makin aman di area-area industri pertambangan.
Layanan kesehatan selama ini menjadi satu sektor yang paling terdisrupsi di masa pandemi. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor pelayanan kesehatan mampu merespons pandemi ini dengan sigap berinovasi.
Tak dipungkiri bahwa selama ini fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia lokasinya begitu terpencar hingga ke seluruh pelosok negeri.
Teknologi 5G memungkinkan terwujudnya demokratisasi layanan kesehatan melalui kehadiran solusi telemedisin, sekaligus merevolusi penerapan teknologi ini untuk keperluan yang lebih tinggi, seperti tindakan operasi dari jarak jauh.
Bahkan, pasien yang tinggal di wilayah-wilayah terpencil kini bisa memperoleh layanan kesehatan dengan kualitas yang setara dengan mereka yang tinggal di perkotaan.
Contoh penerapan teknologi 5G di berbagai sektor industri tersebut menjadi bukti akan kemampuan 5G dalam merevolusi “business as usual.” PricewaterhouseCooper (PwC) mengestimasikan bahwa 5G berpotensi memantik pertumbuhan ekonomi global setara nilai US$ 13,2 triliun di 2035, sekaligus menciptakan 22,3 juta lapangan kerja baru.
Di Indonesia, bisnis dan layanan yang diperkuat oleh teknologi 5G diproyeksikan akan memberikan andil sekitar Rp 2.800 triliun dalam perekonomian Indonesia di tahun 2030 atau ekuivalen dengan 9,5% dari PDB nasional. Dengan pertumbuhan yang luar biasa ini, Indonesia diharapkan akan menjadi pusat dan hub digital di ASEAN.
Batu Loncatan Pemulihan Ekonomi
Pengembangan infrastruktur 5G kini semakin diprioritaskan dalam pilar strategi nasional dan peta jalan di sejumlah negara, seperti Korea Selatan, Tiongkok, serta negara-negara di kawasan Eropa. Negara-negara, seperti Australia, Singapura, dan Malaysia juga tengah menggarap proyek pengembangan berskala besar.
Pertemuan puncak G20 menjadi ajang bagi pemimpin-pemimpin dunia untuk berkumpul dan berdiskusi lebih jauh mengenai bagaimana teknologi 5G bisa diimplementasikan. ASEAN saat ini juga tengah giat menyelami bagaimana 5G bisa menjadi motor dalam terwujudnya transformasi industri. Thailand bahkan telah membentuk sebuah komite 5G nasional guna memfasilitasi pengembangan 5G.
Di Indonesia, pandemi tidak menghalangi para stakeholder di industri telekomunikasi untuk menciptakan terobosan. Sejak awal tahun lalu, Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo Hutchison merupakan tiga operator yang telah menggelar teknologi 5G untuk penggunaan komersial.
Bahkan, Telkomsel tengah mengeksplorasi penerapan 5G di sektor pertambangan dan pertanian. XL Axiata sendiri menggandeng institusi-institusi riset untuk mengembangkan platform IoT yang diperkuat 5G guna memenuhi kebutuhan bisnis, khususnya di sektor pertanian dan manufaktur.
Bisa digambarkan bahwa eksplorasi seluruh potensi 5G bagi dunia bisnis berbuah manis di seluruh dunia. Banyak industri besar yang telah berhasil menciptakan terobosan baru, terutama dalam hal skala penggelaran.
Penerapan 5G di industri dalam skala besar bisa meningkatkan efisiensi produksi. Penerapan 5G di sektor-sektor kunci industri, seperti pada teknologi remote control, machine vision, dan positioning terlihat sangat meriah.
Dunia digital masa kini menghadirkan teknologi kecerdasan yang makin luar biasa di seluruh lini industri. Konektivitas 5G berkecepatan tinggi menjadi representasi bentuk teknologi yang memungkinkan teknologi-teknologi mutakhir ini diterapkan. Sedangkan komputasi awan (cloud) menghadirkan fleksibilitas dan kapabilitas tanpa batas di sisi komputasi dan penyimpanan.
Keduanya menjadi kutub yang saling terjalin dalam sebuah keterhubungan. Cloud menghadirkan solusi cerdas berupa layanan yang selalu siap tersedia. Bahkan, layanan cloud cerdas saat ini telah dianggap sebagai kebutuhan pokok.
Kedua teknologi tersebut, 5G dan cloud, seakan menjadi sayap bagi kendaraan digital untuk membawa Indonesia melejit lebih tinggi. Bersama dengan ini, Huawei menyampaikan rencananya untuk membangun sebuah cloud node di Indonesia pada pertengahan tahun ini. Kehadirannya nanti diharapkan mampu menguatkan momentum perekonomian digital Indonesia.
Ekosistem 5G tak pelak akan matang dengan lebih cepat. Pertumbuhan ini juga mengubah peta kebutuhan pengguna yang semakin tinggi dan nir interupsi. Di saat yang sama, meningkatnya kesadaran untuk mewujudkan netralitas karbon kian memacu pengadopsian produk dan solusi ramah lingkungan oleh industri.
Namun demikian, masih banyak hal yang perlu kita kejar. Sebagai contohnya, rata-rata kecepatan mobile broadband nasional masih berkisar di angka 23,12 Mbps pada bulan Oktober 2021.
Indonesia perlu mengakselerasi perilisan spektrum dan kian gencar menggalakkan pembangunan infrastruktur jaringan.
Indonesia sendiri telah memperluas cakupan dan memperkuat kebijakan industrinya seperti yang tertuang dalam peta jalan Industri 4.0, serta melakukan konsolidasi ekosistem stakeholder sebagai upaya untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dihadirkan oleh 5G.
Kontribusi Huawei
Riset Huawei di bidang 5G dimulai pada tahun 2009 dan hingga kini sudah menggelontorkan investasi lebih dari US$4 miliar. Huawei mendukung penggelaran jaringan 5G di seluruh dunia. Laporan Ookla pada Agustus 2021 menyebut operator yang memilih teknologi Huawei di 10 kota besar di dunia, menduduki peringkat pertama dalam hal performa kecepatan.
Namun demikian, 5G bukan melulu mengenai seberapa cepat sebuah jaringan bisa melaju. Huawei 5G power menggunakan teknologi AI dan serangkaian teknik mutakhir yang mampu menghadirkan platform suplai daya terpadu untuk seluruh skenario.
Selain lebih efisien, Huawei 5G juga mampu memangkas hilangan sekunder dengan cara memacu voltase, meningkatkan efisiensi energi hingga 3%, serta mendorong peningkatan efisiensi energi di lokasi hingga 5%.
Secara hitung-hitungan, Huawei 5G power terbukti mampu memangkas biaya rekonstruksi per lokasi hingga lebih dari US$ 1.831, menghemat daya listrik sebesar 4.130 per lokasi per tahun, serta memangkas emisi karbon sebesar 1.125 kg per lokasi per tahun.
Kami berkeyakinan Huawei lebih dari penyedia solusi. Sebab pada akhirnya, terlepas dari seberapa canggihnya sebuah solusi dapat dihadirkan, kesuksesan tetap bergantung pada satu hal yang menjadi faktor terpenting yakni sumber daya manusia. Itulah mengapa kami bekerja sama dengan pemerintah, akademisi, industri, komunitas dan para pemangku kepentingan untuk mengembangkan ekosistem digital di Indonesia.
Pada tahun 2020, Huawei akan mengembangkan kompetensi 100.000 talenta digital Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun. Beragam program pembelajaran dan program-program lainnya telah digelar, dari kursus-kursus pelatihan tentang 5G, AI dan Cloud, Innovation Day, TechDay, ICT Competition, hingga program Seeds for the Future. Kami menargetkan bisa mencapai lebih dari 52.000 talenta, hanya dalam waktu 14 bulan.
Huawei juga mendirikan ASEAN Academy Engineering Institute yang merupakan fasilitas terlengkap di Asia Pasifik. Fasilitas tersebut diperkuat oleh ribuan pelatih, menyelenggarakan lebih dari 3.000 pelatihan, serta lebih dari 100 skenario lingkungan.
Di sektor startup, Huawei mengumumkan rencananya untuk menginvestasikan US$100 juta di kawasan Asia Pasifik melalui Spark Program. Ini program inkubator yang dibuat dengan tujuan membangun ekosistem startup yang berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik selama tiga tahun ke depan.
Transformasi digital di sektor perekonomian yang digerakkan oleh teknologi 5G dan cloud, dipadukan dengan gencarnya pengembangan energi hijau, akan menghadirkan beragam peluang baru. Ini diharapkan mampu membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia menuju terwujudnya Indonesia yang terkoneksi seutuhnya, berorientasi pada teknologi 5G, makin cerdas, digital, serta ramah lingkungan.
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.