Akankah Prabowo Mencontoh Diplomasi Luar Negeri Gaya Sumitro?

Katadata/ Bintan Insani
Penulis: Dirgayuza Setiawan
7/8/2024, 09.10 WIB

Akan seperti apa diplomasi luar negeri Indonesia di era Presiden Prabowo Subianto?

Sebagai putra dari Profesor Sumitro Djojohadikusumo, menurut penulis, akan banyak langkah diplomasi sang ayah yang turun dan dijalankan oleh Presiden Terpilih Prabowo. 

Yaitu menggunakan kekuatan narasi dan kekerabatan dalam membangun soft power Indonesia.

Dikenal sebagai begawan ekonomi Indonesia, tidak banyak yang mengetahui bahwa Sumitro juga adalah seorang diplomat hebat. Salah satu kerja diplomasi Sumitro terekam dalam artikel New York Times.

Pledoi Sumitro saat berusia 31 tahun ke Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan New York Times pada 21 Desember 1948, berhasil menghentikan aliran dana bantuan AS ke Belanda. Pemerintah Belanda menggunakan dana bantuan tersebut untuk operasional militer pasca-Proklamasi 17 Agustus 1945.

Prof Sumitro menulis:

“The present Dutch military campaign has most unfortunately brought into horrible realization apprehensions that were carried for some time in the minds of all well-meaning people. In the modern history of relations only Signor Mussolini's stab in the back in 1940 and Japan's sudden attack on Pearl Harbor in 1941 could stand the comparison of this reprehensible Dutch act without warning.”

“There is no other alternative for the Republic of Indonesia than to lead its own life and carry on to the best of its abilities as a separate independent and sovereign state.”

“We respectfully but urgently request the United States Government to discontinue rendering American dollars to the Netherlands under the European Recovery Program or otherwise.”

Setelah Perang Dunia II, Belanda sebenarnya dalam posisi bangkrut. Belanda bergantung pada uang bantuan pembangunan kembali Eropa dari Amerika (Marshall Plan) yang diselewengkan untuk membiayai operasi militernya di Indonesia.

Sumitro ditugaskan Presiden Sukarno untuk menghentikan aliran uang Amerika yang digunakan oleh Belanda untuk menjajah Indonesia. Sebagai Acting Head of the Indonesian Delegation to the United Nations, Sumitro berjuang di Washington melobi Menteri dan Departemen Luar Negeri AS, dan di New York melobi PBB.

Akhirnya, lewat perjuangan Sumitro, Menteri Luar Negeri AS saat itu Robert A Lovett menghentikan dana bantuan yang diberikan ke Belanda. Kata-kata Sumitro terbukti: uangnya digunakan untuk operasi militer di Indonesia. 

Penghentian aliran dana ini memaksa Belanda berunding di Konferensi Meja Bundar dan akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia.

Sumitro muda, karena kecerdasannya dalam bernarasi dan bernegosiasi, dalam bergaul di tingkat internasional, ditunjuk oleh Presiden Sukarno untuk melaksanakan tugas yang begitu penting. 

Keberhasilan diplomasi narasi dan kekerabatan Sumitro menentukan kemerdekaan Republik Indonesia pasca proklamasi. Presiden Sukarno pun melantik Sumitro menjadi Dubes Indonesia untuk AS pada usia 33 tahun.

Dirgayuza Setiawan

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.