Erry Riyana: Dinasti Politik Bermasalah Bila Proses Tidak Proper

Katadata/Bintan Insani
Ketua Komite Pengarah Jaga Pemilu Erry Riyana Hardjapamekas.
6/12/2023, 20.51 WIB

Puluhan tokoh nasional mendeklarasikan gerakan masyarakat bernama JAGA Pemilu pada 21 November 2023. Gerakan ini lahir atas dorongan menjaga dan mengawal pemilihan umum 2024 yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang berjalan demokratis.

JAGA Pemilu diinisiasi oleh 11 tokoh lintas bidang, salah satunya Erry Riyana Hardjapamekas. JAGA Pemilu hadir tindak lanjut dari Maklumat Juanda pada Senin 16 Oktober malam, yang berisi pernyataan keprihatinan kondisi politik di Tanah Air.

Maklumat Juanda diterbitkan merespons putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan uji materi terhadap UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait batas usia capres-cawapres. Putusan MK ini menjadi karpet merah buat Gibran Rakabuming menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto.

Dalam segmen 'Pergulatan Politik' (Gultik) yang ditayangkan di kanal YouTube Katadata, Erry menceritakan pernah bertemu Presiden Joko Widodo sebelum putusan MK tersebut, bersama dengan Abdee Slank.

Pada pertemuan di Istana Merdeka Jakarta pada Ahad malam, Menteri Sekretariat Negara Pratikno turut hadir. Pertemuan berdurasi sekitar 45 menit itu, lebih banyak membahas isu stabilitas politik dalam negeri dan perekonomian bangsa, serta membahas soal langkah Gibran untuk maju sebagai cawapres Prabowo.

Erry menceritakan, menurut penjelasan Jokowi, gagasan Gibran untuk ikut Pilpres 2024 merupakan dorongan dari Prabowo. Jokowi sendiri sempat menolak ajakan tersebut sampai empat kali.

"Sampai akhirnya diterima ketika hasil survei menunjukkan Pak Prabowo melesat. Akhirnya silakan saja, asal sesuai aturan. Itu ceritanya Pak Jokowi," ujar Erry dalam wawancara dengan Wahyu Muryadi atau Om Why.

Berikut wawancara tersebut secara lengkapnya:

Jaga Pemilu itu apa sih?

Jaga Pemilu muncul sebagai tindak lanjut Maklumat Juanda. Maklumat Juanda sebetulnya cetusan awal yang diharapkan dapat beredar di tempat-tempat lain supaya kita sadar bahwa ada sesuatu yang harus kita selesaikan dan kita jaga.

Apa sesuatu itu?

Yang paling utama adalah proses mas Gibran sebagai cawapres. Bukan soal mas Gibrannya, tapi prosesnya. Prosesnya sehingga ada persepsi kuat di masyarakat bahwa ini ada sedikit pemaksaan, pemaksaan dan boleh jadi ada intervensi juga terhadap MK.

Anda yakin itu sebelum diputuskan oleh MKMK kemarin, atau setelah diumumkan ada pelanggaran etik berat di situ?

Sejak sebelumnya, persepsi mengenai hal ini kan sudah muncul dari berbagai pihak dan salah satu yang kemudian menjadi benih Maklumat Juanda itu adalah tulisan mas Goenawan Mohammad yang tersebar via whatsapp. Hingga kemudian dibaca oleh presiden yang kemudian mengajak ingin bertemu.

Sejumlah tokoh mendeklarasikan berdirikan gerakan Jaga Pemilu, Selasa (21/11). (Katadata/Ade Rosman)




Presiden ingin bertemu?

Iya, dimulai dari Pak Abdee Slank yang diundang makan siang oleh Pak Jokowi. Lalu Abdi bertanya ‘sudah baca WA-nya mas Goen?’ Saya bilang sudah baca dari Mas Pratik. Mas pratik dapat dari Mas Goen.

Kemudian dijelaskan oleh Abdi bahwa persepsi bapak sudah begini, kami menyayangkan dan seterusnya. Sampai akhirnya Pak Jokowi bilang ‘kalau begitu saya ingin mengobrol dengan Mas Goen dan teman-teman’. Selesai itu, Abdi telpon Mas GM yang sedang berada di Bali. Lalu dia bilang, Erry aja.

Kebetulan memang tiga hari sebelumnya kami berdiskusi agak dalam mengenai hal ini. Terutama menjelang sidang MK tanggal 16 Oktober. Sampai akhirnya Mas GM mengeluarkan surat itu. Kemudian Mas Butet Kertaradjasa juga menyusul dengan WA terbuka yang isinya serupa, akhirnya kami sepakat untuk membuat semacam petisi yang kemudian kami sebut Maklumat Juanda.

Jadi bertemu dengan Presiden Jokowi sebelum Maklumat Juanda ya?

Sebelumnya, Abdi yang menghubungi saya. Dia bilang Mas Goen tidak bisa, dan menunjuk kang Erry. Bertemulah kami sekitar jam 8 malam Minggu. Kami berempat, ada Abdi, Pak Pratik, Pak Jokowi dan saya. Bertemu di Istana negara Jakarta.

Apa yang dibahas dalam pertemuan itu?

Pak Jokowi menerangkan betapa pentingnya negara ini, perekonomian sudah baik, 15 tahun lagi akan menjadi negara maju, perlu stabilitas politik. Kemudian beliau membahas mengenai Pemilu, Pilpres dan sebagainya.

Sampai akhirnya beliau bercerita gagasan mas Gibran menjadi cawapres itu bukan dari beliau tapi dari pak Prabowo yang mengusulkan sampai empat kali. Sampai akhirnya diterima ketika hasil survei menunjukkan pak Prabowo melesat. Akhirnya silakan saja, asal sesuai aturan. Itu ceritanya Pak jokowi. Setelah kemudian MK memutuskan seperti itu, baru kami beraksi dengan Maklumat Juanda.

Berapa lama pertemuannya?

Hampir sejam, sekitar 45 menit.

Jadi yang paling penting dalam pembicaraan dengan presiden malam itu?

Nah ini saya harus cerita dulu. Sebelum bertemu pak jokowi, saya zoom meeting dengan mas GM, Alif, Usman Hamid, ada beberapa orang kurang lebih 10 orang. Mereka menyampaikan aspirasi. Jadi saya datang sebagai perwakilan sekelompok kecil orang.

Setelah pertemuan itu saya kembali lapor zoom meeting menyampaikan hasilnya. Hasil yang penting itu, Pak Jokowi cerita macem-macem, ujung-ujungnya ‘Pak Erry ada usulan apa?’. Kami ini ingin melihat bapak itu menyelesaikan jabatannya dengan baik. Dengan elegan sebagai negarawan yang dikenang oleh banyak orang dalam jangka panjang.

Kalau bapak berkenan, yang pertama bapak harus klarifikasi adalah soal persepsi bahwa bapak terlalu jauh intervensi di urusan pencapresan dan pencawapresan yang akan datang ini. Syukur-syukur bisa dengan bukti, pak. Saya pikir itu perlu ditegaskan, lalu itu dicatat.

Yang mencatat itu siapa?

Pak Pratikno. Kami senang dong, terharu. Terus satu lagi, kami sampaikan bila bapak berkenan di depan publik sampaikan apapun putusan MK, berharap mas Gibran kembali ke Solo menyelesaikan masa jabatannya, sampai selesai dan tetap loyal kepada partai pendukung. Beliau ikut mencatat. Sudah itu, gak ada lagi. Habis itu mengobrol macam-macam, lalu selesai kami pamit.

Ketika itu kan sampai pada usulan presiden tidak intervensi, begitu sampai pada usul itu bagaimana ekspresi presiden?

Aku gak tahu, aku salah lihat atau salah persepsi, tapi aku lihat dia serius. Jadi ya makanya aku senang. Ada harapan kan. Jalannya seperti apa beliau pandailah cari jalan.

Itu cuma sekadar dicatat saja?

Wallahualam. Tapi asumsi saya, saat dicatat itu akan dilaksanakan. Paling tidak harapanlah. Yang lucu, begitu selesai saya zoom lagi dengan 10 sampai 12 orang. Satu-satunya yang positif hanya Mas Goen, ‘Alhamdulillah, mudah-mudahan dilaksanakan’. Tapi yang lain bilang ‘wah Pak Erry kena prank’

Jadi sebenarnya, respon atau jawaban presiden Jokowi pada malam hari itu, yang membuat Anda berharap bisa dilaksanakan?

Saya berharap beliau serius menerima itu. Dan saya pikir akan melaksanakan. Tapi ternyata saya GR-nya kelewatan.  Jokowi pasti bukan mendengarkan kita saja kan, penasihatnya kan banyak. Yang mungkin lebih kredibel di mata beliau. Dengan nasihatnya lebih menyenangkan beliau.

Setelah melihat kenyataan, putranya melaju dengan proses yang seperti ini. Bagaimana rasanya?

Kecewalah. Sebetulnya saya kasihan. Mas Gibran kan potensinya ada. Selama dia memimpin Solo, itu kan oke.

Kalau lima tahun di sana mematangkan diri, kemudian menunjukkan bahwa dia punya integritas. Menurut saya ada kanslah untuk jadi gubernur dulu misalnya seperti mengikuti jejak ayahnya.

Harapan Anda seperti apa waktu itu, setelah keputusan pelanggaran berat itu?

Harapannya, Pak Jokowi mengatakan bahwa Mas Gibran kembali saja ke Solo. Itu cakep banget kan. Akan dikenang sebanyak masa sebagai yang positif ya. Nah sekarang akan dikenang juga sepanjang masa tapi negatif.

Begitu ya?

Iyalah, yang pertama kali terjadi. Anak ketua umum partai yang menjadi ketua umum, banyak terjadi. Ada juga jadi ketua DPR. Tapi kan

Jadi pasca putusan seperti itu di MK, apa kira-kira dampaknya bagi demokrasi kita sekarang ini kan?

Ya, mengkhawatirkan. Pertama, anak-anak muda yang seumuran Mas Gibran kan pasti punya persepsi, oh, meneliti karir itu harus begitu. Berarti hanya anak presiden yang bisa naik cepat. Bukannya kerja keras, bukannya perjalanan yang penuh ujian, ketangguhan, sehingga kemudian bisa naik. Itu kan pendidikan yang kurang bagus.

Sementara kita berharap anak-anak muda ini muncul sesuai dengan bakatnya, keahliannya masing-masing, tapi melalui jalan yang dia titi dengan baik secara profesional, apapun profesinya. Ini jadi contoh yang sangat buruk menurut saya.

Erry Riyana Hardjapamekas (Katadata)

Menurut Kang Erry, apakah putusan MK itu membuat indeks demokrasi Indonesia makin memburuk?

Iya, dunia internasional kan menyoroti hal ini juga, bukan domestik.

Anda setuju dengan dinasti politik itu?

Enggak lah, sama sekali tidak. Seperti yang saya ceritakan tadi kekeluargaan dalam partai politik itu bukan hal yang haram. Bukan hal yang dilarang, tidak juga melanggar etika.

Pak SBY mengangangkat AHY menjadi Ketua Umum Demokrat, begitu juga dengan Ibu Puan dan Bu Mega. Namun kan ada proses, melalui kongres dan sebagainya. Nah yang dipersoalkan kali ini adalah proses tiba-tiba mas Gibran menjadi calon wakil presiden.

Tidak melalui proses yang proper dan benar?

Iya, Hanya Gibran yang anaknya presiden yang hanya bisa secepat itu, sedangkan yang lain harus bekerja keras meniti karir dengan profesional jujur dan sebagainya.

Kalau Pak Jokowi bersama keluarganya, ada Kaesang yang menjadi ketua umum PSI dalam waktu dua hari, mantunya juga wali kota. Itu dinasti bukan?

Pemahaman saya, dinasti politik itu secara terencana, semuanya diarahkan supaya menjadi pejabat publik dengan pengaruh bapaknya sebagai presiden.

Jokowi sudah melakukan itu. Anak dan mantunya jadi wali kota. Menyingkirkan calon yang ada dan didukung oleh PDIP.

Artinya gak ada masalah?

Sebetulnya masalah, kan tidak melalui proses. Sekali lagi, ini adalah masalah proses. Kalau proses yang proper dan benar tanpa harus menyingkirkan orang lain ya gak ada masalah.

Anda melihat ini semacam terobosan jalan keluar (Jokowi), dulu pernah ditiupkan 3 periode kemudian ditolak salah satunya dari PDIP. Kemudian perpanjangan juga mentok, sehingga ketemu formula begini?

Engga, saya kira ini episode terakhir dari dua episode sebelumnya.

Artinya masih terkait ya?

Ya, tiga periode gagal, perpanjangan gagal, ya ini tiga periode bayangan. Puteranya anak kesayangan.

Tujuannya apa sih?

Kalau yang saya tangkap adalah ingin menyelamatkan program-program yang merupakan anak kandungnya Pak Jokowi. Legacynya. IKN, hilirisasi, Infrastruktur. Bagus sih niatnya bagus, supaya itu dilanjutkan. Kecuali IKN lah, masih ada kontroversi sana-sini.

Anda termasuk gak setuju IKN?

Saya setuju IKN sebagai gagasan tapi jangan buru-buru. Kita ngomong 15-20 tahun, belajar jangan diforsir sekarang nanti uang habis sampai menggadaikan jangka panjang kan berbahaya.

Prinsipnya setuju, kan kalau mau jujur ini kan gagasan Bung Karno sebenarnya kan di Palangkaraya. Kemudian pindah ke IKN sekarang ini, menurut saya bagus membentuk kawasan ekonomi baru dimana ibu kota diletakkan di sana, mengurangi beban Jakarta dan pulau Jawa. Nanti pusat pemerintah di sana.

Kalau misalnya pak Prabowo dan Gibran menang, sekarang ini kan polling mengatakan unggul, bisa tercapai gak ini cita-cita luhur ini?

Belum tentu juga, kita gak tahu. Ada yang bilang Pak Prabowo sudah berubah alhamdulillah.

Ada yang bilang sekarang Pak Jokowi ini tidak mudah dikritik dan tidak mau mendengarkan saran apa-apa, apa sampai sejauh itu ya beliau ya?

Menurut saya bukan gak mau mendengarkan, beliau lebih mendengarkan nasihat-nasihat yang lain atau beliau sudah memang sudah punya rencana sendiri. Penasihat-penasihat lain bisa apa? Kan banyak.

Jadi akhirnya Anda bikin gerakan politik yang namanya Jaga Pemilu kan?

Bukan gerakan politik. Aku jelasin dulu karena yang MK ini kelihatannya tidak bisa diharapkan maka pada tahapan yang di bawahnya kami bikin gerakan masyarakat untuk membantu Bawaslu.

Mari kita bantu Bawaslu mengawasi pelaksanaan Pemilu, kalau ada kekurangan kita sediakan platform untuk melaporkan. Karena kan harus ada gambar harus ada video.

Penggagasnya itu nomor satu ada Mas GM, ada Sulistyawati Riyanto, Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, kemudian Clara Yuwono, Anton Supit. Gabungan budayawan pengusaha, akedemisi, banyak.

Di Jaga Pemilu itu apa yang perlu dijaga?

Yang paling penting kecurangan dari mulai masa kampanye sampai kecurangan pada waktu pencoblosan. Misalnya ada hal-hal yang dilanggar yang tidak dibolehkan dalam peraturan yang ada di KPU kita tampung laporan-laporan itu dan kita sampaikan ke Bawaslu.

Apa sudah ada gejala?

Sudah mulailah, ada yang tipis dan tebal. Yang tipis itu ya baliho-baliho, yang tebal yang kepala desa dikumpulkan, walaupun katanya dibantah.

Tapi masih khawatir juga wasitnya gak adil?

Ini harus dijaga, penting untuk menyadarkan generasi muda pentingnya Pemilu bagi kita semua termasuk bagi mereka, karena kita akan memilih legislator yang akan membuat undang-undang yang mengatur kita. Jadi jangan sampai mereka cuek jadi golput, itu bahaya banget.

Kesadaran politik ini juga akan menjadi tujuan sampingan dari Jaga Pemilu. Menyadarkan anak-anak muda untuk pergi ke TPS, pilihannya apa saja yang menurut mereka yang terbaik tapi jangan golput.

Seberapa efektif itu tim Jaga Pemilu?

Mudah-mudahan sekarang sudah makin banyak orang yang mendaftar tapi kita menunggu aplikasinya dulu. Karena basisnya teknologi.

Pada akhirnya ada penghitungan suara?

Nah kita juga mengimbangi, mencoba mencatat dari sebuah TPS. Baik dari saksi yang ada maupun dari relawan-relawan kita.

Dananya dari mana?

Saweran, gak ada donor. Donor asing gak ada. Begini, Indonesia itu dalam 10 tahun terakhir sudah dianggap negara maju sehingga donor sudah tidak menganggap lagi Indonesia butuh bantuan. Banyak LSM yang tidak mendapatkan donor. Jadi donornya itu dialihkan ke negara lain yang demokrasinya belum berjalan atau ekonominya masih morat-marit.

Ini terakhir, apa yang diharapkan dari Pilpres 2024, ataupun pileg ini?

Ini kan bagian dari perjalanan bangsa yang penting. Oleh karena itu manfaatkan dengan baik, jangan terlena. Pilih mereka yang punya program dan visi yang jelas dan juga jangan lewatkan hak dan tanggung jawab ini. Jangan golput, dan yang paling penting ikut serta mengawasi jalannya pencoblosan di hari-hari H di TPS masing-masing itu penting.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu