Erick Dorong BUMN Menjadi Solusi Perluasan Akses Air Bersih

ANTARA FOTO/Seno/wsj.
Seorang warga memikul jeriken berisi air bersih usai mengambil di sumur yang mulai berkurang debit airnya di Desa Jatisari, Arjasa, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (19/8/2022). Warga Desa Jatisari setiap tahunnya selalu menemui kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan minum dan terpaksa mengambil air dengan jarak terdekat sekitar dua kilometer perjalanan.
30/11/2022, 18.12 WIB

Program transformasi yang digagas Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap perusahaan-perusahaan pelat merah telah menampakkan hasil. Seperti yang dilakukan oleh Danareksa.

Melansir keterangan di laman resminya, Rabu (30/11), holding BUMN Danareksa saat ini terdiri atas 15 entitas anak dan asosiasi. Semuanya terbagi dalam 5 (lima) subklaster, yakni jasa keuangan, kawasan industri, konstruksi, serta media dan teknologi. Masing-masing subklaster memiliki sejumlah strategi untuk mentransformasikan bisnis agar dapat lebih bersaing pada skala global. 

Misi menjadi spesialis transformasi dilakukan di tengah berbagai tantangan, mengingat terdapat beragam jenis bisnis di dalam Holding Danareksa. Namun, tantangan ini dapat diatasi, salah satunya dengan kelahiran Indonesia Water Fund sebagai bentuk sinergi Holding Danareksa dan sinergi antara anggota holding yang berdampak positif bagi percepatan akses air bersih di Indonesia.

Pengadaan akses air bersih bagi masyarakat membutuhkan solusi pendanaan dengan manfaat berkelanjutan. Pasalnya kebutuhan air terus meningkat, seiring melonjaknya populasi penduduk dan ancaman terhadap kualitas hidup masyarakat.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa 40 juta rakyat Indonesia masih membutuhkan akses air bersih. Hal itu dikatakannya dalam acara Konferensi Internasional Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau State-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali, beberapa waktu yang lalu.

Erick, mengutip survei Sosial Ekonomi Nasional 2021, mengatakan baru sekitar 90,78 persen rumah tangga yang mendapat akses air minum layak.  Di samping itu, baru 12 persen rumah tangga memiliki akses air minum aman dan sebesar 19 persen mendapat air minum perpipaan. 

“Ditambah pasokan air yang tidak cukup akan berpotensi mengurangi PDB Indonesia sebesar 2,5 persen pada 2045,” ujar Erick.

Adapun berdasarkan hasil riset Danareksa Research Institute, konsumsi air saban hari kian meningkat. Bahkan, kelangkaan air menjadi masalah besar di berbagai negara besar dan menyebabkan penurunan kualitas air sekaligus memicu penyebaran penyakit. 

“Sehingga ke depannya, isu kelangkaan dan kualitas air harus menjadi prioritas," sambung Erick.

Sehubungan dengan itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meluncurkan Indonesia Water Fund (IWF), dalam acara SOE Internal Conference. Erick mengatakan IWF diinisiasi oleh holding BUMN Danareksa untuk menghadirkan sambungan air ke berbagai wilayah di Indonesia.

Sebanyak enam BUMN akan menjadi bagian dari Danareksa melalui konsolidasi investasi ini. Mereka terdiri dari empat BUMN karya dan dua BUMN air bersih (Perum jasa Tirta, dan Perum jasa Tirta II). 

Prinsip IWF, sambung Erick, adalah memberikan solusi untuk pemerataan akses air bersih, mempercepat penyediaan air bersih yang inklusif, berkelanjutan, dan efisien bagi seluruh rakyat Indonesia.

”IWF diharapkan bisa menjadi solusi alternatif bagi pemerintah dalam memperluas akses air bersih kepada publik melalui pendanaan non-APBN,” ujarnya.

IWF, lanjut Erick, ditargetkan akan mengelola dana sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun dari mitra strategis. Dana tersebut dikelola untuk menyediakan air bersih dengan fasilitas yang terhubung dari hulu ke hilir. 

”Hal ini akan mempermudah penambahan sambungan rumah untuk percepatan akses air bersih akan dapat terus menerus ditingkatkan,” katanya. 

Oleh sebab itu Erick menyatakan, investasi untuk sektor pengairan dan sanitasi akan segera direalisasikan. Melalui sumber pendanaan dari BUMN, swasta, dan investor, skema tersebut diharapkan dapat meringankan APBN.

”Karena itu, sinergi BUMN dalam penyediaan air bersih akan dilakukan dengan mitra strategis swasta serta global,” tuturnya. 

Saat ini, Erick menugaskan holding Danareksa mengelola dana clear water fund senilai US$ 300 juta dolar. Proyek percontohan yang sudah dilakukan ada di Subang Jawa Barat, dan diharapkan dapat dicontoh proyek lainnya lewat proses bisnis yang sehat. 

”Program yang dijalankan dengan proses bisnis bertujuan agar program tersebut berjalan baik dan rakyat bisa mendapatkan pelayanan air bersih yang sehat. Perusahaan dapat re-investasi pipa yang sudah usang dan diperbaiki agar air bersih dapat dikonsumsi masyarakat secara aman dan berkualitas,” ujarnya.