Bukan Monopoli, Erick Thohir Pastikan BUMN Jadi Penyeimbang Pasar

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi gedung BUMN, jakarata Pusat (09/08).
16/12/2022, 07.02 WIB

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan peran perusahaan pelat merah ikut serta dalam pertumbuhan ekonomi 5 persen. BUMN tidak memonopoli pasar melainkan menjadi penyeimbang saat ekonomi mulai tumbuh.

Erick menyebut, ekonomi Indonesia akan stabil dengan pertumbuhan 5 persen hingga 2045. Untuk mendorong hal itu, BUMN akan mengambil langkah-langkah guna meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Sebagai langkah pertama, dilakukan pengurangan jumlah perusahaan milik negara sebagai upaya penyehatan BUMN. Saat ini total BUMN sebanyak 41 dari 108 perusahaan di era sebelumnya.

"Tentu kami dari BUMN tidak mau memonopoli (pasar). Pesan saya bagaimana BUMN ke depan jumlahnya dikecilkan tapi menguntungkan," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (15/12).

Erick menyebut BUMN adalah lokomotif ekonomi nasional yang masuk ke pasar terbuka. Tujuannya bukan untuk memonopoli pasar, namun sebagai penyeimbang kekuatan swasta.

"BUMN ini merupakan benteng dari ekonomi nasional, ketika terjadi kesenjangan, ketika terjadi ketidakadilan BUMN hadir karena private sector tidak mungkin," katanya.

Erick mencontohkan, saat pandemi Covid-19 dan Indonesia kekurangan masker, pemerintah melalui BUMN turun harga masker yang saat itu langka dan mahal.

"Tidak mungkin private sector banting harga masker seharga (BUMN) Rp 5.000," ujarnya.

Salah satu sektor BUMN yang menjalankan bisnis berkelanjutan di pasar terbuka ialah sektor perbankan. Di sana, bank-bank Himbara berhasil bersaing sehat dengan perusahaan swasta dan perusahaan asing untuk menyediakan layanan perbankan bagi masyarakat Indonesia.

"Kita nggak monopoli, namun berkompetisi secara sehat tanpa meninggalkan penugasan, misalnya bagaimana BUMN hadir untuk terus bantu UMKM," katanya.

Erick dengan tegas menolak gagasan monopoli dalam bisnis BUMN karena tidak sesuai dengan fitrah BUMN sebagai penyeimbang dalam persaingan bisnis.

"Saya sangat menolak dengan gagasan individu atau perusahaan yang jadi 'winners take all', atau mengejar market untuk dimonopoli. Kita harus berusaha keras jadi kekuatan menyeimbangkan dengan membangun ekosistem," katanya.