Bangkit Usai PHK Berkat Kartu Prakerja

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/hp.
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan masker di sebuah industri konveksi rumahan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (26/10/2020). Di tengah pandemi Covid-19, Kartu Prakerja menumbuhkan semangat berbisnis bagi korban PHK.
Penulis: Shabrina Paramacitra - Tim Publikasi Katadata
30/12/2022, 23.43 WIB

Pemutusan hubungan kerja (PHK) marak dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Catatan Kementerian Ketenagakerjaan, dari jumlah kasus PHK sebanyak 18.911 pada 2019, ketika pandemi, kasus tersebut naik menjadi 386.877 pada 2020. Angka itu kemudian menurun menjadi 127.085 kasus pada 2021, dan semakin menciut tahun ini. Sejak Januari hingga September 2022, kasus PHK tercatat sejumlah 10.765.

I Gde Putu Agus Eddy Wisnu Pranata adalah salah satu pekerja yang mengalami dampak pandemi Covid-19. Karyawan perusahaan katering untuk maskapai itu “dirumahkan” akibat larangan kedatangan wisatawan ke Pulau Dewata. Beruntung, ia mendapatkan informasi tentang Kartu Prakerja. Ia lantas mendaftar program tersebut dan diterima pada Gelombang 4, tahun 2020.

“Saat mendaftar itu juga ada teman-teman yang bilang, ‘Buat apa ikut (Kartu) Prakerja? Juga besok dapat bantuan dari pemerintah, yang BLT (Bantuan Langsung Tunai) itu.’ Nominalnya juga sama,” ucapnya pada Selasa (15/11/2022), sebagaimana dilansir dari Tribunnews.com. Namun, Wisnu kukuh pada tekadnya mengikuti pelatihan, sebagai syarat mendapatkan insentif dari Program Kartu Prakerja.

Alasannya sederhana. Bantuan berupa uang tunai memang mampu menopang biaya hidupnya selama beberapa bulan. Sementara, peningkatan kemampuan berkat pelatihan akan bermanfaat seumur hidup. Dari dana bantuan pelatihan yang diterima, Wisnu mengikuti pelatihan menggunakan Microsoft Excel, kemampuan berbicara di muka umum (public speaking), dan berjualan di media sosial.

Pelatihan Microsoft Excel bermanfaat untuk Wisnu mencatat keuangan saat mulai berbisnis. Public speaking bermanfaat saat ia berbicara dengan pelanggan ketika sudah benar-benar memiliki usaha. Sementara, pelatihan berdagang di media sosial tentu akan memudahkan Wisnu memasarkan produk buatannya. 

Dan, benar saja. Insentif pertama dari Kartu Prakerja ia gunakan untuk modal berjualan buah, serta memproduksi sate lilit dan minyak gosok. Minyak gosok buatan Wisnu berbahan serai wangi dan jahe yang ditanam di halaman rumahnya di Kabupaten Tabanan, Bali. Untuk tahap awal, Wisnu menjual minyak gosok yang diberi merek Kasi Fresh ke wilayah di dekat rumahnya. 

Kemudian, demi memperluas jangkauan penjualan, Wisnu mengurus perizinan Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) Kasi Fresh. Ia juga ingin bekerja sama dengan petani lokal sebagai pemasok bahan minyak gosok. “Pengin banget minyak seperti ini jadi cendera mata khas Tabanan. Ikoniknya Tabanan,” tuturnya.

Meski sudah bekerja sebagai pegawai tata usaha di sebuah sekolah belum lama ini, Wisnu tetap ingin mengembangkan bisnisnya. Kali ini ia berencana memproduksi sabun dan pembersih lantai dari serai wangi. Wisnu merasa ilmu yang didapatnya dari Kartu Prakerja menjadi modal untuk mengembangkan diri di bidang bisnis dan pemasaran.

“Dari awal sampai dengan sekarang masih saja manfaat (Kartu) Prakerja menempel. Kita yang sudah dua tahun tapi masih ada buktinya, ada produk saya,” katanya.

Erlinda Rambu Enga juga menjadi penerima manfaat Kartu Prakerja. Dikutip dari Antaranews.com, perempuan asal Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, itu mendaftar Program Kartu Prakerja pada Gelombang 5, tahun 2020. Kala itu, Erlinda bertekad memperbaiki kondisi keuangannya usai tak lagi bekerja sebagai pegawai bank. 

Kebetulan, tak lama setelah diterima dalam Program Kartu Prakerja, perempuan 28 tahun itu juga menjadi tulang punggung keluarga akibat sang ayah yang meninggal dunia. Ibundanya pun sakit-sakitan. Meski keluarganya memiliki sawah yang hasilnya bisa dijual untuk menopang kebutuhan, Erlinda teguh ingin memiliki pendapatan sendiri.

“Kalau tidak ada (Kartu) Prakerja, mungkin aku hanya tidur-tidur karena mungkin menunggu dari usaha pertanian itu,” ujarnya, Selasa (15/11/2022). Dari Program Kartu Prakerja, Erlinda mendapat kesempatan mengikuti pelatihan Microsoft Excel, pemasaran digital, dan wirausaha daring. Berbekal sertifikat pelatihan, Erlinda lantas melamar menjadi petugas survei Badan Pusat Statistik (BPS).

Beberapa survei dilakukannya di beberapa desa di Sumba Tengah, termasuk Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022. Usai menjadi petugas survei, kini Erlinda menempati posisi baru di BPS. “Kemarin aku sudah dijadikan pengawas, bukan pendata. Aku pemeriksa sekarang,” jelasnya. 

Sementara itu, sambil bekerja, Erlinda juga membuka usaha. Modalnya didapat dari insentif Kartu Prakerja. Ia menjual pulsa dan token listrik, membuka kios bensin eceran di dekat rumahnya, serta mendirikan toko yang menjual peralatan upacara adat dan kain khas Sumba. 

Semua aktivitas tersebut salah satunya memanfaatkan pengetahuan Erlinda usai mengikuti pelatihan dalam Program Kartu Prakerja. Sekarang, ia bahkan bisa mengajarkan tahap mendaftarkan legalitas usaha kepada masyarakat yang membutuhkan.

Bantu Kurangi Efek Buruk Pandemi
Kartu Prakerja adalah program yang inklusif. Sejak diselenggarakan tahun 2020, program ini telah dirasakan manfaatnya oleh berbagai pihak, terutama pekerja yang merasakan langsung dampak buruk pandemi. Kartu Prakerja menjadi salah satu penopang, setelah sebelumnya begitu banyak pekerja mengalami pemotongan gaji, pengurangan jam kerja, maupun PHK. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan Kartu Prakerja telah membantu para pekerja yang terkena PHK dan meningkatkan keterampilan angkatan kerja. “Secara luas juga ikut melahirkan wirausahawan muda dan membuka lapangan kerja baru,” katanya pada Minggu (22/5/2022), dikutip dari Antara.

Kartu Prakerja juga mendapat apresiasi dari dunia internasional. Menurut Airlangga, Badan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) mengapresiasi Kartu Prakerja yang bisa mengatasi PHK. Program ini mendapatkan pujian karena menjadi salah satu program yang berhasil merespons dampak pandemi Covid-19. 

Per Desember 2022, Program Kartu Prakerja telah diterima oleh 16,42 juta orang di 514 kabupaten/kota. Sebanyak 60 persen penerima manfaat program pelatihan ini tinggal di kawasan pedesaan. Sementara, 3 persen dari penerima manfaat program tersebut merupakan penduduk kawasan terdepan, terluar dan tertinggal (3T).