Katadata Green yang  merupakan media riset, data, dan komunitas bervisi menjadi Indonesia's Sustainability Hub berkolaborasi dengan Puan-Puan Bersepeda–komunitas bersepeda yang dibentuk Institute for Transportation and Development Policy—dan Sobat Air Jakarta melaksanakan kegiatan bersepeda pada Minggu (30/7).

Kegiatan bersepeda berjudul “Green Action Volume 3 x Semerbak Sunday with Puan-Puan Bersepeda” ini mengangkat tema Eksplorasi RTB-nya Jakarta. Tujuannya, mengajak masyarakat untuk ikut bersepeda sambil mengenal Ruang Terbuka Biru (RTB) Jakarta. Selain itu juga mendorong kembali budaya bersepeda sebagai alat mobilitas sehari-hari di kalangan masyarakat perkotaan.

Kolaborasi ini juga mengajak masyarakat untuk memahami makna dari kota berkelanjutan. Yakni kota yang mengintegrasikan fasilitas publik seperti tansportasi non-motor dengan ruang terbuka publik.

Kegiatan ini mengajak peserta untuk bersepeda sepanjang rute car free day menuju Taman Langsat. Setelah menempuh jarak bersepeda kurang lebih 7km, peserta diajak berbincang santai mengenai pentingnya bersepeda dan apa itu RTB.

Koordinator Sobat Air Jakarta, Jhon William C. menyampaikan, berinteraksi dengan alam bisa menyehatkan mental. “Oleh karenanya, orang-orang bisa bersepeda ke area RTB seperti di area taman kota,” katanya.

Perwakilan Katadata Green, Muchammad Nafi menyebutkan bahwa bersepeda itu merupakan olahraga kardio yang membutuhkan asupan oksigen sekitar 0,8 sampai 1,17 gr oksigen. “Jadi memang akan lebih baik kalau kita bisa bersepeda di area Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan RTB,” ucapnya.

Nafi juga menyampaikan beberapa problem yang masih ditemui pesepeda. Seperti masih kurangnya jalur bersepeda yang memiliki pembatas jalan, marka jalan, juga jalur pedestrian. Pemerintah Provinsi Jakarta rencananya akan membuat jalur sepeda sepanjang 526 km pada 2026. Sampai pertengahan 2023, baru direalisasikan 300 km.

Kedua, persoalan keamanan. Berdasarkan data Bike 2 Work, terjadi 37 kecelakaan yang dialami pesepeda per Oktober 2021. Tingkat risikonya memang terbilang kecil yakni 4:10.000 untuk kecelakaan 1:10.000 untuk kematian. “Namun angka ini bisa ditekan kembali dengan ditambahnya jalur khusus pesepeda,” tambahnya.

Ketiga, soal hunian. Pemerintah perlu membuat point to point dari hunian ke arah transportasi massal, sehingga orang mau bersepeda untuk mobilitasnya sehari-hari.

Koordinator Puan-Puan Bersepeda Fani Rachmita juga menekankan tentang inklusi gender dalam bersepeda. Ketiga persoalan di atas termasuk yang perlu segera diatasi untuk inklusi gender.

“Dengan jaminan keamanaan terutama, perempuan bisa bersepeda sebagai alat transportasi sehari-hari. Seperti ke kantor, belanja kebutuhan sehari-hari, atau kemana pun,” tuturnya.

Peserta dari Bike 2 Work, Novita berbagi pengalamannya. Ia sudah 10 tahun bersepeda untuk aktivitasnya. Ia bersepeda sepanjang jarak tempuhnya tidak lebih dari 10 km saya sepedaan. Novita juga berbagi, jika bersepeda membuatnya sehat serta hemat karena tidak perlu bayar parkir.

“Satu kayuhan, dua kayuhan, akan membuat diri kita makin baik,” pungkas Nafi.