Dewan Penasihat Bisnis ASEAN atau ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) sukses melaksanakan ASEAN Women CEO Forum dan ASEAN Future Generation Business Forum pada Sabtu (2/9). Kedua forum itu menekankan pentingnya kesetaraan gender dan kepemimpinan tokoh muda dalam lanskap bisnis di Asia Tenggara.
Ketua ASEAN-BAC Arsjad Rasjid menyoroti pemberdayaan perempuan dalam konteks Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 dan Visi Komunitas ASEAN 2025. Para perempuan pengusaha di Asia Tenggara kerap menghadapi tantangan yang lebih besar dibanding laki-laki pengusaha saat memulai dan mengelola bisnis.
Padahal, perempuan berperan besar dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di wilayah itu. Di Indonesia sendiri, terdapat sekitar 64 juta pengusaha, dengan 37 juta di antaranya adalah usaha yang dipimpin perempuan. Lebih khusus, UMKM berkontribusi 60,51 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan 15,65 persen terhadap ekspor nonmigas.
UMKM juga menyerap 96,92 persen tenaga kerja. “Ini menegaskan peran penting UMKM dalam perekonomian, namun kebijakan sering kali gagal mengatasi kebutuhan khusus usaha yang dipimpin oleh perempuan,” ujar Arsjad Rasjid dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (4/9).
Pembangunan ekonomi hendaknya tidak hanya meningkatkan kondisi ekonomi perempuan, tetapi juga meningkatkan pendidikan dan kesadaran perempuan akan ketidaksetaraan akses bagi perempuan dalam dunia bisnis. Kesadaran inilah yang mendorong adanya perbaikan.
Perempuan di Asia Tenggara belum mendapatkan akses yang setara dalam pengambilan keputusan dan peran kepemimpinan. Hal ini menghambat kesejahteraan dan kontribusi kaum puan pada kemajuan dan inklusivitas di wilayah regional. Kesenjangan ini pun mengakibatkan hilangnya pendapatan sebesar 30 persen dan kerugian sekitar 17,5 persen bagi negara.
Meski telah terjadi pemulihan ekonomi global usai pandemi COVID-19, perempuan terus menghadapi kesulitan dan berbagai tantangan dalam mencapai posisi puncak manajerial. Ketua Jaringan Wanita Pengusaha ASEAN atau Women Entrepreneurs Network (AWEN) Dyah Anita mengungkap bahwa perempuan hanya mewakili 5 persen posisi manajemen senior.
Hal itu terjadi terutama akibat diskriminasi gender. Hambatan lainnya, yakni beban ganda pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga, peluang jaringan yang terbatas, kurangnya sosok panutan perempuan yang sukses, dan minimnya peran perempuan pada bidang ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM).
Kepemimpinan Visioner dan Peluang Masa Depan
Pada acara ASEAN Future Generation Business Forum, Arsjad Rasjid menekankan pentingnya kepemimpinan di kalangan generasi muda. “(Hal ini) mencerminkan aspirasi kolektif untuk membangun kepemimpinan visioner dan membentuk pemimpin muda ASEAN yang tangguh,” kata Arsjad.
Acara yang digelar ASEAN-BAC, Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang atau Japan External Trade Organization (JETRO), dan GenYouth itu mendorong inklusivitas dan kolaborasi. Forum tersebut melibatkan anggota komunitas bisnis, politikus, ilmuwan, dan pegiat wirausaha sosial. Tokoh-tokoh tersebut aktif pada berbagai sektor, seperti bisnis, politik, dan sains.
Di antara pembicara yang hadir adalah Duta Besar Jepang untuk ASEAN Kiya Masahiko, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, serta Deputi Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Adam Adli Abd Halim.