PT Bumi Menara Internusa (BMI) sebagai perusahaan pengolahan makanan dengan orientasi ekspor memilih untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) sebagai investasi untuk mendorong bisnis perusahaan.
Direktur BMI Hetty Diana mengatakan, pilihan untuk berinvestasi di sisi sumber daya manusia telah dilakukan perusahaan sejak pertama berdiri. Hal ini sekaligus merupakan komitmen utama perusahaan yang saat ini telah mempekerjakan belasan ribu karyawan di 16 fasilitas pengolahan makanan milik perusahaan.
Komitmen ini tidak hanya dilakukan di sisi hulu, namun juga di sisi hilir yaitu kepada para petani tangkap dan petani budidaya di delapan daerah di Indonesia. Diana mengungkapkan, pemberdayaan SDM yang dilakukan dari hulu ke hilir ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan SDM yang menjadi tulang punggung perusahaan.
“Kami menyadari betul, peningkatan kompetensi ini dibutuhkan para karyawan, petani dan petambak sebagai penerima manfaat untuk tidak hanya berkontribusi kepada perusahaan namun juga untuk menciptakan kehidupan berkelanjutan bagi setiap individu,” ujar Diana dalam keterangan tertulis, Senin (2/10).
BMI juga melibatkan pihak ketiga dalam meningkatkan kemampuan SDM perusahaan. Tidak hanya pemerintah daerah melalui dinas terkait, perusahaan juga menggandeng pihak-pihak yang memiliki keahlian di bidang serupa.
Sejak beberapa tahun lalu, perusahaan menggandeng WWF-Indonesia untuk sertifikasi ecolabel Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk tambak udang vaname dengan metode intensif.
Program yang juga dilakukan dengan melibatkan dinas perikanan setempat ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing komoditi udang di pasar internasional. Selain itu, menciptakan kawasan pengelolaan budidaya udang secara berkelanjutan serta penguatan sertifikasi atau praktik manajemen budidaya yang lebih baik.
Diana mengatakan, program yang terangkum dalam program besar bernama Aquaculture Improvement Program (AIP) ini menyentuh ke hal-hal teknis seperti monitoring kualitas air di perairan pesisir hingga proses budidaya udang yang baik sesuai standar internasional.
“Semakin banyak penerima manfaat dari program ini, maka industri pengolahan hasil laut Indonesia diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri hinggal level global,” ujarnya.
Hasil laut merupakan salah satu potensi sumber daya alam laut yang besar serta memiliki dampak turunan yang besar pula. Merujuk pada data Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor perikanan Indonesia pada Januari-Juni 2023 tercatat sekitar US$2,8 miliar. Berbasis nilai ekspor, komoditas yang paling banyak diekspor setelah udang adalah ikan tuna dan rajungan.
Diana berharap, upaya perusahaan dapat berkontribusi secara positif kepada perekonomian Indonesia melalui kinerja ekspor impor, serta kepada kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam setiap lini industri pengolahan hasil laut di Indonesia.
“Ini yang menjadi penyemangat kami untuk terus menitikberatkan investasi kami pada sisi manusia sebagai pelaku di industri ini,” pungkasnya.