Sentuhan BRI dalam Menghidupkan Kopi Akar Wangi dari Garut

BRI
Masyarakat Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kec. Samarang, Kab. Garut mengombinasikan \kopi dan akar wangi menjadi produk minuman dengan citarasa yang khas. BRI berperan mendorong pengembangan klaster usaha Kopi Akar Wangi.\
19/11/2023, 18.51 WIB

Mengembangkan potensi usaha di suatu wilayah bisa menjadi salah satu jalan untuk mendorong masyarakat dan wilayah tersebut semakin maju. Potensi ini bisa beragam jenisnya. 

Bahkan, hasil bumi khas yang ada di wilayah tersebut juga bisa dikreasikan menjadi produk unik yang nantinya dapat menjadi ikon di wilayah tersebut.

Hal ini juga yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kec. Samarang, Kab. Garut. Sudah sejak lama masyarakat di daerah tersebut dikenal dengan profesinya sebagai petani kopi dan akar wangi. 

Kopi dan akar wangi memang bahan yang berbeda, tapi ketika dikombinasikan bisa menjadi produk minuman dengan citarasa yang khas.

Adi Ahmad Nasir (32) adalah sosok di balik layar klaster usaha Kopi Akar Wangi yang dikembangkan oleh masyarakat setempat. Sebagai ketua klaster, tekadnya adalah ingin selalu membawa klaster kelompok usahanya agar terus bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. 

Ia bercerita tentang bagaimana awalnya ide inovatif tersebut muncul yang menjadi kekuatan utama klaster usahanya tersebut. Pada awalnya memiliki penghasilan dari Kopi Arabika dan akar wangi, sehingga muncul wacana untuk membuat gabungan antara kopi dan akar wangi 

“Mulai tahun 2017 sudah dimulai usaha pengolahan kopi akar wangi, tapi kalau idenya sudah ada sejak 2015. Namun, saat itu masih belum sebesar sekarang,” ujar Adi.

Ia menambahkan, sejak mendapat bantuan dari BRI, usaha yang dijalankan kian meningkat. Bantuan yang diberikan mulai dari pemasaran, kemasan, label halal dan label lainnya. 

“Alhamdulillah berkat dibantu oleh BRI, kalau dulu hanya dikonsumsi sendiri atau dijual ke kedai, sekarang pemasarannya lebih berkembang,” katanya.

Klaster usaha Kopi Akar Wangi ini sendiri sudah berkembang menjadi 14 kelompok usaha. Seiring dengan berjalannya waktu, klaster usaha tersebut juga memberikan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.

“Ada peningkatan ekonomi, kalau dulu kita hanya mengelola 10-50 kg saja, sekarang Alhamdulillah sudah bisa 1-2 kuintal,” tutur Adi. 

Untuk proses pembuatan Kopi Akar Wangi, menurut Adi, hampir sama dengan kopi biasa hanya melibatkan dua tahapan. Pertama, proses pembuatan kopi di mana setelah panen, biji kopi dicuci, dijemur dan dimasukkan ke mesin pulper untuk dipisahkan dari bijinya. 

Kedua, proses roasting dan grinder hingga menjadi serbuk. Setelah menjadi serbuk kemudian dicampurkan dengan akar wangi.

Halaman: