Indeks Bisnis UMKM BRI Q3 2025: Ekspansi Berlanjut, Optimisme Naik

BRI
Ilustrasi UMKM. BRI merilis Indeks Bisnis UMKM untuk Q3-2025 beserta proyeksi untuk Q4-2025.
2/12/2025, 18.31 WIB

Jakarta – Indeks Bisnis UMKM untuk Kuartal III (Q3) 2025 yang dirilis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menunjukkan bahwa aktivitas bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih berada pada fase ekspansi. Pada saat yang sama, optimisme pelaku UMKM meningkat.

Rinciannya, Indeks Sentimen pebisnis UMKM pada Q3 2025 berada di angka 111,9, yang menandakan lebih banyak pelaku usaha yang memberikan penilaian “baik” dibanding “buruk.”

Ekspektasi pelaku UMKM untuk kuartal IV (Q4) 2025 juga diketahui menguat mencapai 134,8 dari kuartal sebelumnya yang hanya 133,3 poin, ditunjang oleh keyakinan terhadap prospek sektor usaha, prospek usaha responden, serta prospek perekonomian nasional.

Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya mengatakan ekspansi bisnis UMKM tersebut ditopang oleh kombinasi faktor yang saling menguatkan.

“Harga barang input yang relatif stabil dan mudah didapat, serta kondisi cuaca yang kondusif mendorong peningkatan produktivitas sektor pertanian dan hasil tangkapan ikan nelayan,” ujarnya.

Peningkatan harga jual komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan juga turut mendorong kenaikan omzet pada sektor-sektor tersebut. Aktivitas proyek pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun juga memberikan dorongan signifikan, terutama bagi sektor konstruksi.

Normalisasi aktivitas masyarakat setelah momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) serta libur sekolah pun semakin memperbaiki kinerja UMKM yang beroperasi di sekitar lingkungan kerja dan sekolah.

Dengan beragam faktor pendukung tersebut, pelaku UMKM memandang prospek usaha pada Q4 2025 akan lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini tercermin dari peningkatan Indeks Ekspektasi Bisnis yang meningkat menjadi 120,7 dari 116,5 pada Q3 2025, menunjukkan semakin kuatnya keyakinan para pelaku usaha terhadap peluang pertumbuhan dalam beberapa bulan ke depan.

Kondisi rentabilitas usaha alias kemampuan usaha untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu tercatat menurun, searah dengan penurunan omset usaha dan kenaikan harga barang input (terutama pada sektor industri pengolahan) dan harga barang dagangan (pada sektor perdagangan) sehingga menekan volume penjualan dan menggerus keuntungan usaha.

Hal ini tentu akan berdampak pada kemampuan pebisnis UMKM untuk membayar angsuran pinjaman tepat waktu.

“Sementara itu, kegiatan investasi masih meningkat sejalan dengan ekspektasi kegiatan usaha yang akan membaik ke depan. Menyongsong Q4-2025 indeks ekspektasi semua komponen menguat karena kemungkinan adanya peningkatan permintaan pada perayaan Nataru, belanja pemerintah yang makin pesat pada akhir tahun, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik,” ucap Akhmad.

Marak Proyek di Akhir Tahun

Dari segi sektoral, Indeks Bisnis UMKM juga secara umum masih berada pada zona ekspansif, meskipun beberapa sektor mengalami perlambatan. Sektor konstruksi mencatat kinerja paling kuat (112,0), ditopang semakin maraknya proyek pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun.

Sektor pertanian juga menunjukkan akselerasi ekspansi seiring harga input yang terjangkau dan musim kemarau basah yang meningkatkan produktivitas pada tanaman padi dan hortikultura. Ditambah dengan harga jual produk pertanian yang menarik mendorong omset usaha pun membaik.

Sementara itu, sektor pertambangan masih ekspansif karena meningkatnya permintaan pasir, batu dan galian tanah dari sektor konstruksi. Namun ekspansi sektor ini melambat, karena curah hujan yang tinggi di beberapa daerah dan adanya regulasi beberapa Pemda yang membatasi penambangan pasir.

Selanjutnya, beberapa sektor seperti industri pengolahan, hotel dan restoran, perdagangan, serta pengangkutan mengalami perlambatan atau kontraksi akibat normalisasi permintaan pasca HBKN, kenaikan harga input, daya beli masyarakat yang masih lemah, serta persaingan usaha yang semakin ketat. Sektor jasa-jasa masih mencatat ekspansi karena aktivitas pekerja dan pelajar kembali normal.

Dengan kondisi bisnis UMKM yang masih ekspansif, serta prospek perekonomian yang diperkirakan makin membaik ke depan, pebisnis UMKM tetap memberikan penilaian yang tinggi terhadap kemampuan pemerintah menjalankan tugas-tugas utamanya, yang tercermin pada IKP yang tetap tinggi di 121,1.

Metodologi Survei

Survei Kegiatan Usaha dan Sentimen Bisnis UMKM Bank Rakyat Indonesia dilaksanakan oleh BRI Research Institute pada 21 September sampai dengan 4 Oktober 2025. Survei ini melibatkan 7.064 responden, yang merupakan debitur UMKM BRI dari berbagai sektor ekonomi dan tersebar di 33 provinsi di Indonesia.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified systematic random sampling yang dapat merepresentasikan keberagaman sektor usaha, wilayah provinsi, dan skala usaha dari pelaku UMKM.

Nilai indeks di atas 100 menunjukkan bahwa persepsi positif lebih dominan dibandingkan persepsi negatif. Sebaliknya, nilai indeks berada di bawah 100 mencerminkan jumlah responden yang memberikan jawaban negatif lebih banyak dibandingkan dengan yang memberikan jawaban positif.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.