Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung digelar pada 18 April 1995. Latar belakang Konferensi Asia Afrika tidak lepas dari perasaan senasib sepenanggungan, antara negara-negara di kawasan Asia dan Afrika sebagai dampak dari Perang Dunia II, serta ketakutan dunia akan kembalinya perang dunia.
Saat itu ada kondisi yang memanas di antara dua blok yakni blok barat dan blok timur. Hal ini berpotensi memicu terjadinya perang besar kembali terjadi.
Konferensi diikuti oleh 29 negara yang berada di benua Asia dan Afrika. Berikut daftar negara peserta Konferensi Asia Afrika.
Negara Peserta Konferensi Asia Afrika
Dikutip dari laman resmi Museum Asia Afrika, surat undangan KAA dikirimkan kepada 25 kepala pemerintah dari Negara Asia dan Afrika pada 15 Januari 1955. Hanya Federasi Afrika Tengah yang menolak undangan tersebut karena masih dikuasai bekas penjajahnya.
Meskipun beberapa negara awalnya ragu-ragu, 24 negara lainnya menerima undangan tersebut. Berikut daftar negara peserta Konferensi Asia Afrika.
- Afghanistan
- Indonesia
- Pakistan
- Birma (Myanmar)
- Filipina
- Kamboja
- Irak
- Iran
- Arab Saudi
- Ceylon
- Jepang
- Sudan
- Republik Rakyat Tiongkok
- Yordania
- Suriah
- Laos
- Thailand
- Mesir
- Libanon
- Turki
- Ethiopia
- Liberia
- Vietnam (Utara)
- Vietnam (Selatan)
- Pantai Emas
- Libya
- India
- Nepal
- Yaman
Latar Belakang Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika (KAA) menjadi bagian dari peran Indonesia di dunia internasional terutama di wilayah Asia dan Afrika. Perlu diketahui bahwa kelahiran kekuatan Blok Barat dan Timur membuat kondisi dunia semakin memanas.
Pada saat itu memang sudah berdiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi untuk menangani masalah dunia. Namun, pada kenyatannya organisasi dunia ini belum cukup berhasil untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Di lain sisi, akibat dari masalah tersebut sebagian besar diderita bangsa-bangsa di wilayah Asia dan Afrika. Latar belakang Konferensi Asia Afrika berawal pada 1954, yaitu saat Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala mengundang Perdana Menteri Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali).
Undangan tersebut bertujuan untuk mengadakan pertemuan informal di negaranya. Tentu saja undangan tersebut diterima baik oleh Indonesia.
Pada kesempatan itu, Presiden Soekano menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide diadakannya konferensi negara-negara Asia dan Afrika di Konferensi Kolombo tersebut. Soekarno menyebutkan, bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama untuk membangun solidaritas negara-negara Asia-Afrika.
Hasil Konferensi Asia Afrika
Meskipun ada kesulitan pada beberapa aspek seperti halnya perbedaan pandangan politik selama sidang tersebut, berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta tingginya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi. Makanya, sidang dapat terselesaikan dengan menghasilkan konsensus yang tertuang dalam komunike akhir.
Berikut isi komunike akhir yang disusun saat KAA 1955:
- Kerja sama ekonomi
- Kerja sama kebudayaan
- Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri
- Masalah rakyat jajahan
- Masalah-masalah lain
- Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional
Deklarasi pada komunike tersebut menghasilkan Dasasila Bandung, yang berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Dasasila Bandung:
- Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
- Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
- Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
- Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
- Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.
- Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
- Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
- Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, atau pun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
- Meningkatkan kepentingan dan kerjasama bersama.
- Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.
Demikian daftar negara peserta Konferensi Asia Afrika pada 1955. KAA merupakan bentuk solidaritas negara-negara perwakilan untuk berupaya menghapus penjajahan dari negerinya dan negeri di sekitar Asia-Afrika.