29 Negara Peserta Konferensi Asia Afrika

Wikipedia
Negara Peserta Konferensi Asia Afrika
Penulis: Tifani
Editor: Safrezi
18/4/2024, 09.24 WIB

Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung digelar pada 18 April 1995. Latar belakang Konferensi Asia Afrika tidak lepas dari perasaan senasib sepenanggungan, antara negara-negara di kawasan Asia dan Afrika sebagai dampak dari Perang Dunia II, serta ketakutan dunia akan kembalinya perang dunia.

Saat itu ada kondisi yang memanas di antara dua blok yakni blok barat dan blok timur. Hal ini berpotensi memicu terjadinya perang besar kembali terjadi.

Konferensi diikuti oleh 29 negara yang berada di benua Asia dan Afrika. Berikut daftar negara peserta Konferensi Asia Afrika.

Negara Peserta Konferensi Asia Afrika

Ilustrasi Pelaksanaan KAA (UNESCO)
 

Dikutip dari laman resmi Museum Asia Afrika, surat undangan KAA dikirimkan kepada 25 kepala pemerintah dari Negara Asia dan Afrika pada 15 Januari 1955. Hanya Federasi Afrika Tengah yang menolak undangan tersebut karena masih dikuasai bekas penjajahnya.

Meskipun beberapa negara awalnya ragu-ragu, 24 negara lainnya menerima undangan tersebut. Berikut daftar negara peserta Konferensi Asia Afrika.

  1. Afghanistan
  2. Indonesia
  3. Pakistan
  4. Birma (Myanmar)
  5. Filipina
  6. Kamboja
  7. Irak
  8. Iran
  9. Arab Saudi
  10. Ceylon
  11. Jepang
  12. Sudan
  13. Republik Rakyat Tiongkok
  14. Yordania
  15. Suriah
  16. Laos
  17. Thailand
  18. Mesir
  19. Libanon
  20. Turki
  21. Ethiopia
  22. Liberia
  23. Vietnam (Utara)
  24. Vietnam (Selatan)
  25. Pantai Emas
  26. Libya
  27. India
  28. Nepal
  29. Yaman

Latar Belakang Konferensi Asia Afrika

Ilustrasi Pelaksanaan KAA (UNESCO)


Konferensi Asia Afrika (KAA) menjadi bagian dari peran Indonesia di dunia internasional terutama di wilayah Asia dan Afrika. Perlu diketahui bahwa kelahiran kekuatan Blok Barat dan Timur membuat kondisi dunia semakin memanas.

Pada saat itu memang sudah berdiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi untuk menangani masalah dunia. Namun, pada kenyatannya organisasi dunia ini belum cukup berhasil untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Halaman: