Fenomena puncak Hujan Meteor Perseid terlihat menghiasi angkasa di kawasan belahan utara Indonesia pada Minggu (13/8/2023) dini hari. Hujan meteor selalu menjadi daya tarik bagi para pecinta astronomi maupun masyarakat awam di seluruh dunia.
Mengutip dari laman NASA, fenomena Hujan Meteor Perseid terjadi akibat sisa debu dan puing dari komet Swift-Tuttle saat melewati orbit Bumi pada pertengahan Juli-Agustus. Aktivitas ini mencapai puncaknya saat Bumi bergerak melalui bagian jalur komet yang paling berdebu dan puing-puing terpadat.
Selama puncak fenomena ini berlangsung, publik dapat melihat hingga 100 meteor per jam yang akan melintasi langit. Meski begitu, hujan meteor yang mengguyur kawasan Indonesia memiliki intensitas 30 hingga 60 meteor per jam.
Lantas, apa sebenarnya Hujan Meteor Perseid itu? Kapan terjadi? bagaimana cara melihatnya dan termasuk fenomena seperti apa?
Apa Itu Hujan Meteor Perseid?
Mengutip newscientist.com, Hujan Meteor Perseid merupakan fenomena kosmik yang terjadi ketika lintasan orbit Bumi melewati debu dan puing berupa bongkahan es dan batu, yang ditinggalkan Komet 109P/Swift-Tuttle.
Komet Swift-Tuttle memiliki ukuran 26 kilometer atau 16 mil, ukuran ini dua kali lebih besar dari asteroid yang menghantam Bumi dan memusnahkan dinosaurus pada masa lampau.
Swift-Tuttle membutuhkan waktu 133 tahun untuk membuat satu rotasi perjalanan dari kawasan angkasa luar menuju planet bagian dalam, kemudian mengelilingi matahari, lalu keluar dan kembali lagi.
Terakhir kali Swift-Tuttle melintasi Bumi tercatat pada 1992, dan diperkirakan tidak akan melewati bumi lagi hingga satu abad ke depan. Meski begitu, komet meninggalkan sebagian ekor dan residunya, yang kita lihat sebagai fenomena Hujan Meteor Perseid dari Bumi.
Nama Perseid berasal dari meteor yang tampak melesat ke arah Bumi dari arah rasi bintang Perseus. Astronom menyebut titik di mana meteor muncul sebagai pancaran cahaya, sehingga waktu terbaik untuk melihat hujan meteor Perseid adalah saat cahaya Perseus berada di atas cakrawala.
Kapan Waktu Terjadinya Hujan Meteor Perseid?
Di Indonesia, menurut data Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hujan meteor Perseid akan hadir dengan intensitas 36 sampai 61 meteor per jam pada Minggu (13/8), mulai pukul 01.30 sampai 05.00 waktu setempat.
Walaupun puncak fenomena ini hanya dua hari, Planetarium Jakarta menyebut hujan meteor ini pada dasarnya akan berlangsung mulai 17 Juli hingga 24 Agustus.
Selain itu, salah satu keunikan hujan meteor kali ini dibandingkan dengan tahun lalu, karena terjadi saat bulan berada pada fase sabit yang memudar dengan tingkat kecerahan sekitar 10 persen. Hal ini membuat meteor yang lebih redup dapat terlihat secara langsung dengan mata tanpa bantuan alat optik.
Bagaimana Cara Melihat Hujan Meteor Perseid?
Menurut BRIN, untuk dapat mengamati hujan meteor dengan efektif, ada beberapa syarat dan kondisi yang harus terpenuhi:
- Kondisi cuaca cerah
- Tempat pengamatan jauh dari polusi cahaya, minimal tidak ada cahaya lampu yang mengganggu di sekitar tempat pengamatan.
- Tempat pengamatan tidak terhalang bangunan atau pohon
- Arahkan pandangan ke arah langit timur laut dan utara
Namun, apabila Anda ingin mengabadikan fenomena hujan meteor ini, tentu membutuhkan perangkat khusus seperti kamera all sky yang menghadap ke arah vertikal atau zenith. Dengan demikian, kamera dapat merekam peristiwa ini sepanjang malam hingga pagi, sehingga meteor yang lewat dapat terdeteksi dengan lebih baik.
Lokasi terbaik untuk mengamati hujan meteor Perseid pada dini hari adalah berada di belahan bumi Utara. Di wilayah tersebut, Anda dapat menyaksikan meteor jatuh ke seluruh bagian langit tanpa perlu mengarahkan pandangan ke titik tertentu.